KOMPAS.com - Peristiwa pembantaian yang menewaskan 250 warga asli Amerika Serikat terjadi pada 29 Januari 1863, atau160 tahun lalu.
Pembantaian Sungai Beruang atau Pembantaian di Boa Ogoi, adalah serangan terhadap perkemahan Shoshone yang dilakukan oleh Angkatan Darat AS yang terjadi di dekat Preston, Idaho.
Pasukan Angkatan Darat AS yang dipimpin Kolonel Patrick Edward Connor menyerang suku Indian Shoshone di Sungai Beruang, Washington Territory atau kini Idaho.
Ratusan orang termasuk perempuan dan anak-anak tewas dalam kejadian tersebut.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Salju Turun di Miami untuk Pertama Kalinya
Saat cuaca dingin melanda, mereka pergi ke Lembah Cache, yang melintasi Utah utara dan Idaho tenggara. Pohon willow dan sagebrush di lembah membantu melindungi mereka dari angin dan badai salju yang dingin.
Sementara itu di "Sungai Besar", atau "Boa Ogoi" sebagaimana orang Shoshone menyebutnya, terdapat banyak ikan, dan daerah itu kaya akan hewan liar.
Baca juga: Viral, Video Satelit Amerika Falconsat-3 Melintas di Gunung Merapi, Apa Dampaknya?
Pada tahun 1800-an, Shoshone dan suku-suku lainnya menghadapi banyak kesulitan dan masalah karena pemerintah AS ingin membebaskan negara dari apa yang oleh para pejabat disebut sebagai "masalah Indian".
Pemukim bergerak ke barat dan petani Mormon menyerbu tanah Shoshone, dan penambang menyebabkan pertempuran kecil saat mereka melewati jalan ke Barat untuk menemukan emas.
Pada 5 Januari 1863, sebanyak 10 penambang yang melakukan perjalanan ke selatan di Montana Trail dikatakan telah dibunuh oleh orang Indian. Sehari kemudian, sekelompok orang kulit putih yang menuju ke Salt Lake City tersesat dan diduga dirampok oleh orang Indian.
Dalam pertengkaran tentang mengembalikan beberapa ternak, seorang pria kulit putih bernama John H. Smith ditembak mati.
Lalu seorang hakim mengeluarkan surat perintah untuk beberapa pria Shoshone yang dituduh membunuhnya dengan perintah untuk Kolonel Angkatan Darat AS Patrick E. Connor untuk "melakukan penangkapan orang Indian yang bersalah," menurut catatan dari National Park Service.
Baca juga: Sejarah Samsung, dari Toko Kelontong hingga Jadi Raja Smartphone
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.