KOMPAS.com - Samsung merupakan salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Perusahaan asal Korea Selatan itu memimpin pasar penjualan ponsel dunia dengan market share 22 persen pada 2022.
Pendapatan Samsung keseluruhannya dalam setahun disebut-sebut setara dengan 20 persen dari produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan.
Samsung menjadi salah satu bisnis terbesar di Korea yang menghasilkan hampir seperlima dari total ekspor negara dengan fokus utama pada elektronik, industri berat, konstruksi, dan pertahanan. Anak perusahaan utama Samsung lainnya termasuk asuransi, periklanan, dan hiburan.
Baca juga: Sejarah Vespa, dari Produsen Pesawat Tempur hingga Bikin Skuter
Bagaimana sejarah Samsung hingga dapat menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia saat ini?
Dikutip dari Lifewire, Samsung dirintis oleh Lee Byung-chul dengan bisnis awal yang digeluti adalah toko kelontong yang menjual berbagai macam kebutuhan pokok, seperti ikan kering, tepung, dan sayuran.
Dengan hanya modal 30.000 won (sekitar Rp 360.000) saat itu, Lee Byung-chul memulai usaha perdagangan di Taegu pada 1938.
Dengan 40 karyawan, Samsung memulai sebagai toko kelontong, memperdagangkan dan mengekspor barang yang diproduksi di dalam dan sekitar kota.
Saat itu, Samsung menjual ikan, sayuran kering Korea, serta mi buatan sendiri. Perusahaan tumbuh dan berkembang ke Seoul pada 1947.
Did you know? In Korean, the word Samsung means “three stars.” The name was chosen by Samsung founder Lee Byung-chull whose vision was for his company to become powerful and everlasting like stars in the sky. The stars remained as the company logo in various forms until 1993. pic.twitter.com/dJeTooZdN5
— SamsungSC (@SamsungSC) January 25, 2023
Arti kata Samsung adalah "tiga bintang", dengan angka tiga melambangkan "sesuatu yang kuat".
Setelah Perang Korea, Lee memulai kilang gula di Busan, lalu setelah itu ia memperluas bisnisnya menjadi tekstil dan membuka pabrik wol terbesar di Korea.
Dia sangat fokus pada industrialisasi dengan tujuan membantu negaranya membangun kembali dirinya sendiri setelah perang.
Pada akhir 1950-an, perusahaan mengakuisisi tiga bank komersial terbesar Korea serta perusahaan asuransi dan perusahaan yang membuat semen dan pupuk.
Lalu pada 1960-an, perusahaan kembali mengakuisisi lebih banyak perusahaan asuransi serta kilang minyak, perusahaan nilon, dan department store.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Museum Rekor Indonesia, seperti Apa Perjalanannya?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.