Perlengkapan-perlengkapan tersebut mulai dari mobil yang didesain dan dipasangi stiker, seragam mirip Brimob, senjata, dan topi pekerja yang dicat warna hitam.
Nonop menuturkan, senjata-senjata itu terbuat dari bahan plastik yang sering digunakan untuk acara kreasi seni santri.
"Senjata-senjatanya itu plastik dan beli Rp 35.000. Di santri (senjata plastik) itu biasa. Kalau ada kreasi seni, itu biasanya beli gitu," jelas dia.
Kendati demikian, Kiai Nonop memastikan bahwa rangkaian pernikahan itu 90 persen ditanggung oleh pihak pesantren.
Menurutnya, rata-rata santri yang dinikahkan secara massal merupakan anak yatim dan tidak memiliki kecukupan ekonomi.
"Sehingga secara ekonomi untuk sandaran dhohir-nya itu ditanggung pesantren, ini sudah berjalan sejak pesantren berdiri," ujarnya.
Baca juga: 10 Pasang Santri yang Dijodohkan Melangsungkan Pernikahan Massal di Pesantren
Diberitakan sebelumnya, pernikahan massal di Pondok Pesantren Miftahul Huda 2 merupakan agenda tahunan yang sudah digelar lima kali.
Tahun ini, ada 10 pasangan yang dinikahkan secara massal.
Kiai Nonop mengatakan, pernikahan massal itu diikuti oleh santri yang sudah purna.
Pernikahan massal ini telah melewati proses musyawarah para dewan kiai, dan pimpinan umum pondok pesantren. Setelah musyawarah lalu istikharah.
"Istikharah dengan keluarga dan ulama yang istilahnya ulama langitan. Minta petunjuk Allah apakah pasangan ini bagus atau tidak," katanya.
Para pengantin nantinya akan diberikan waktu seminggu untuk melakukan bulan madu atau honeymoon, sebelum diterjunkan ke masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.