Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Bajingan, dan Bagaimana Sejarahnya Jadi Kata Makian?

Kompas.com - 03/01/2023, 09:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Bajingan profesi mulia

Seperti pengertian dan sejarahnya, bajingan awalnya adalah profesi yang positif.

Bahkan bajingan memiliki akronim yang menyebut profesi yang baik dan dekat dengan Tuhan.

Desanti Arumingtyas Dyanningrat dalam Perancangan Buku Nilai Sejarah Dan Filosofi Mataram Islam Pada Gerobak Sapi menjelaskan bahwa dalam kultur budaya Jawa kusir gerobak sapi disebut 'bajingan', singkatan dari bagusing jiwo angen-angening pangeran.

"Artinya orang baik yang dicintai Tuhan," tulis Desanti.

"Mulianya, pada saat perjuangan kemerdekaan, bajingan jadi salah satu opsi dalam perang geilya untuk persembunyian para pejuang dibalik rumput dan hasil panen dalam gerobaknya," kata dia.

Lalu, kenapa bajingan sekarang jadi kata makian?

Pergeseran makna bajingan

Merunut pergeseran makna bajingan dari profesi mulia hingga mulai jadi kata makian bisa ditelisik dari tulisan Multatuli.

Dalam bukunya berjudul Max Havelaar terbitan tahun 1860, kata bajingan mulai berkonotasi negatif.

"Nak, jika mereka memberitahumu bahwa aku adalah bajingan yang tidak memiliki keberanian melakukan keadilan, bahwa banyak ibu yang meninggal karena kesalahanku…" tulis Multatuli.

Penggalan tulisan itu mengindikasi penggunaan kata 'bajingan' sebagai bentuk umpatan sejak abad ke-19.

Baca juga: Dari BH hingga WC, Singkatan Ini Sering Disebut tapi Tak Tahu Artinya

Bajingan sering terlambat

Para bajingan saat membawa gerobak sapi keluar dari area festival di Sleman, DIY, Minggu (24/8/2014).KOMPAS.com/ WIJAYA KUSUMA Para bajingan saat membawa gerobak sapi keluar dari area festival di Sleman, DIY, Minggu (24/8/2014).

Bajingan yang populer di Jawa pada awal 1900 hingga 1940-an, menjadi kendaraan yang cukup langka di wilayah pelosok Yogyakarta.

Masyarakat kerap turut dalam gerobak yang ditarik sapi atau kerbau untuk keluar menuju kota, baik untuk berdagang, sekolah, hingga bekerja.

Transportasi ini selain langka, juga berjalan dengan lambat, sehingga waktu melintasnya tak tentu.

Kerap kali karena para calon penumpang sambat (mengeluh) setelah lama menunggu.

"Bajingan kok suwe tekone" (Bajingan kok lama datangnya), atau "Bajingan gaweane suwe!" (Bajingan lambat kerjanya/jalannya).

Seringnya keluhan-keluhan tersebut dilontarkan, diduga kata 'bajingan' kemudian mengalami pergeseran makna.

Meski awalnya merupakan nama profesi yang mulia, istilah tersebut kemudian berubah menjadi kata umpatan atau makian karena sering terlambat dan dinilai kerap mengecewakan para calon penumpang.

Setelah berkembangnya teknologi dan alat transportasi di Indonesia, banyak masyarakat yang kemudian beralih pada alat transportasi yang lain.

Hal ini juga menyebabkan semakin langkanya profesi bajingan di wilayah Jawa.

Baca juga: Sejarah Vespa, dari Produsen Pesawat Tempur hingga Bikin Skuter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com