KONFERENSI Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali baru saja selesai. Persamuhan internasional ini mengesahkan Leaders Declaration atau Deklarasi Pimpinan. Salah satu isi dari deklarasi yang berisi 52 poin ini adalah mengecam invasi Rusia ke Ukraina.
Negara-negara anggota G20 menuntut Rusia segera menarik pasukannya dari wilayah Ukraina tanpa syarat. Komunike ini menyebut, apa yang dilakukan Rusia ke Ukraina adalah invasi atau agresi.
Mayoritas negara anggota G20 mengutuk keras perang di Ukraina. Pasalnya, perang yang berkecamuk sejak Februari 2022 ini tak hanya membuat warga menderita tetapi juga memperparah kondisi ekonomi. Ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja akibat didera pandemi Covid-19.
Baca juga: Cerita Retno Marsudi dan Sri Mulyani Persiapkan G20, Pertemanan 43 Tahun Permudah Koordinasi
Sejumlah ekonom bahkan memprediksi, dunia akan menghadapi resesi. Perang Rusia-Ukraina dianggap memperburuk kondisi ekonomi yang nyaris rontok dihantam pandemi ini. Perang antarnegara tetangga itu dinilai menghambat pertumbuhan dan menganggu rantai pasokan pangan dan energi.
Krisis energi dan pangan juga bisa terjadi jika konflik itu tidak segera diakhiri. Dunia dibayangi resesi.
Forum kerja sama ekonomi internasional itu digelar di Bali selama dua hari, pada 15-16 November 2022. Sebanyak 17 dari 20 pemimpin negara hadir dalam forum ini. Tiga pemimpin negara yang tidak hadir adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden terpilih Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, dan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.
Selama ini forum G20 identik dengan pembicaraan dan kesepakatan terkait ekonomi dan pembangunan. Namun KTT G20 yang digelar di Bali ini sejak awal sudah dibayangi perdebatan soal perang Rusia-Ukraina. Para kepala negara dan pemerintahan ini sebenarnya mengerti, G20 bukanlah forum untuk membicarakan masalah keamanan.
Namun, masalah keamanan yang ditimbulkan dari perang Rusia-Ukraina berdampak signifikan pada perekonomian. Untuk itu, menyelesaikan konflik Rusia - Ukraina serta menciptakan perdamaian kedua negara menjadi keniscayaan.
Pasalnya, tanpa itu perbaikan ekonomi dunia bakal sulit dilakukan. Perang yang berkepanjangan tersebut bisa memicu konflik yang lebih besar dan melibatkan banyak negara. Kondisi ini tentu akan semakin memperburuk perekonomian dunia.
Deklarasi Bali layak diapresiasi. Karena, setidaknya ada sesuatu yang disepakati di forum internasional ini. Karena awalnya, banyak yang pesimistis Indonesia bisa menghasilkan suatu deklarasi mengingat situasi dunia tengah sulit, akibat pandemi. Kondisi itu diperburuk perang antara Rusia dan Ukraina, krisis pangan dan energi, serta krisis keuangan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.