Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meredakan Demam, Sebaiknya Kompres Hangat atau Dingin?

Kompas.com - 11/09/2022, 12:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tubuh akan merasa tidak nyaman saat terserang demam. Pasalnya, terjadi peningkatan suhu di atas normal.

Cara meredakan demam paling umum adalah dengan mengompresnya.

Umumnya, orang akan menggunakan cara dengan mengompres memakai air hangat untuk menurunkan demam.

Namun, bagaimana dengan kompres air dingin? Apakah cara tersebut bisa dipakai untuk meredakan demam?

Berikut penjelasan dokter:

Baca juga: 3 Cara Kompres untuk Meredakan Mata Merah

Penjelasan dokter

Spesialis penyakit dalam dari Junior Doctors Network (JDN), dr. Andi Khomeini Takdir menjelaskan, kompres yang digunakan untuk menurunkan demam adalah kompres air hangat.

"Untuk demam, kompres air hangat," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/9/2022).

Hal tersebut, menurut dia, karena efek vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah.

Saat kompres menggunakan air hangat, pembuluh darah akan menjadi lebih lebar dan panas dalam tubuh lebih cepat keluar.

"Pembuluh darah kecil jadi agak lebih lebar. Sehingga panas tubuh lebih bisa keluar," tutur Andi.

Untuk air yang digunakan tak perlu terlalu panas, cukup air dengan suhu berkisar antara 38 derajat sampai 40 derajat celsius.

Baca juga: Cara Menurunkan Demam Tinggi secara Cepat Berdasarkan Usia

Bagaimana dengan kompres dingin?

Kendati demikian, Andi menambahkan, kompres air dingin saat demam pun sebenarnya tidak menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan.

Hanya saja, kompres air dingin membuat demam lebih lama turun dibanding kompres menggunakan air hangat.

"Cara manapun boleh. Asal target tercapai yakni demam turun, pasien nyaman," paparnya.

Namun, perlu diingat bahwa demam harus dibedakan dengan heat stroke atau kondisi kegawatdaruratan.

Pasalnya, saat seseorang mengalami heat stroke, justru harus dikompres dengan air dingin.

"Untuk heat stroke, kompres air dingin," ujar Andi.

Ia menjelaskan, heat stroke dan demam dapat dibedakan dari besaran suhu badannya. Suhu badan saat demam biasa umumnya berkisar 37,5-39 derajat celsius.

Sementara heat stroke, suhu badan di atas 39-40 derajat celsius dengan disertai gejala-gejala gangguan neurologis.

Andi mengimbuhkan, demam membutuhkan penanganan lebih lanjut apabila tidak turun meski sudah dikompres dan ada gejala dari penyakit tertentu.

"Kalau enggak turun dan ada gejala-gejala lain yang mengarah ke penyakit tertentu, ke dokter/klinik/puskesmas/rumah sakit," tutur dia.

Baca juga: 5 Cara Menurunkan Demam bagi Orang Dewasa Tanpa Konsumsi Obat

Gejala demam

Ilustrasi demam tinggi. Shutterstock/Pormezz Ilustrasi demam tinggi.
Dikutip dari Kompas.com (15/9/2021), demam memiliki peran penting dalam membantu tubuh melawan infeksi. Umumnya, demam dapat hilang dalam beberapa hari.

Selain suhu tubuh meningkat, ada gejala lain yang mungkin timbul saat seseorang terkena demam:

  • Menggigil dan merasa kedinginan
  • Nafsu makan berkurang
  • Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
  • Kepekaan terhadap rasa sakit meningkat
  • Lemas dan merasa mengantuk
  • Sulit berkonsentrasi.

Sedangkan pada bayi yang mengalami demam, umumnya memiliki gejala sebagai berikut:

  • Pipi merah merona
  • Berkeringat atau lembap.

Jika demam tinggi, bayi juga mungkin akan terlihat rewel, kebingungan, linglung, bahkan kejang.

Baca juga: 6 Cara Alami Meredakan Demam Ketika Obat Tak Tersedia di Dalam Rumah

Penyebab demam

Peningkatan suhu tubuh di atas normal terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

  • Virus seperti pilek atau infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
  • Bakteri seperti tonsilitis, pneumonia, atau infeksi saluran kemih
  • Beberapa penyakit kronis seperti rheumatoid arthritis (radang sendi) dan kolitis ulseratif (radang usus besar) yang dapat menyebabkan demam berlangsung selama lebih dari dua minggu
  • Beberapa penyakit tropis seperti malaria yang dapat menyebabkan serangan demam berulang atau demam tifoid
  • Heat stroke yang termasuk demam tanpa keringat sebagai salah satu gejalanya
  • Obat-obatan, beberapa orang rentan terhadap efek samping dari obat-obatan tertentu
  • Tumor ganas.

Seperti yang disampaikan Andi, demam umumnya akan turun dengan sendirinya.

Namun, saat demam tak kunjung turun, segera bawa ke layanan kesehatan untuk mendapat penanganan medis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com