KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik di era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto Ir Sutami layak dijadikan teladan.
Mengawasi banyak proyek pembangunan, namun hidup dalam kondisi yang sangat sederhana. Bahkan, dia disebut-sebut sebagai menteri termiskin dalam sejarah Republik Indonesia.
PLN pernah mencabut listrik di rumahnya karena Sutami telat bayar listrik.
Sebelum akhir hayatnya, di jatuh sakit dan kekurangan gizi. Mentri yang bersahaja itu disebut-sebut tak punya uang untuk membayar rumah sakit.
Menjadi ironis sebab Sutami selama 14 tahun menjabat menteri untuk dua presiden.
Baca juga: Ir Sutami, Menteri PU dan Tenaga Listrik Era Soeharto yang Dicabut Listriknya karena Telat Bayar
Sutami lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Oktober 1928. Ia dikenal mencurahkan tenaga dan pikirannya tanpa melihat latar belakangnya.
Dikutip dari Intisari, Sutami menghabiskan masa kecilnya di kota itu hingga bersekolah di SMA Negeri 1 Surakarta.
Selanjutnya, Sutami melanjutkan pendidikan dengan berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga mendapatkan gelar insinyur.
Sutami ditunjuk menjadi Menteri Negara diperbantukan sejak era Kabinet Dwikora tahun 1964 di era kepemimpinan Presiden Soekarno.
Ia kemudian dipercaya menjadi Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi.
Kariernya berlanjut dengan mengisi jabatan yang sama pada Kabinet Dwikora II tahun 1966.
Jabatan sebagai seorang menteri masih terus melekat pada Sutami, setidaknya hingga tahun 1978.
Selama itu, sosoknya dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana sehingga begitu dipercaya oleh Soekarno dan Soeharto.
Setelah mengalami kondisi sakit, Ir Sutami meninggal dunia pada 13 November 1980 saat usianya menginjak 52 tahun.
Ia diketahui mengidap penyakit lever yang diduga terjadi akibat Sutami sibuk bekerja tanpa memikirkan kesehatannya dirinya sendiri.
Meski telah tiada, namun nama Ir Sutami diabadikan untuk menamai banyak hal di Indonesia, mulai dari Jalan Ir. Sutami di Surakarta, hingga Bendungan Sutami di Katangkates, Kabupaten Malang.
Baca juga: Sejarah Nike dan Logonya yang Ikonik