Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil dan Rekam Jejak Boris Johnson, PM Inggris yang Mengundurkan Diri

Kompas.com - 08/07/2022, 12:35 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson secara resmi mengumumkan pengunduran diri pada Kamis (7/7/2022).

Diberitakan NPR (7/7/2022), langkah ini diambil Johnson usai desakan mundur dari anggota parlemen di Partai Konservatif, partai yang ia pimpin.

Selain itu, puluhan menteri telah mengundurkan diri dalam kurun waktu kurang dari 48 jam.

Pengunduran diri ramai-ramai ini dilakukan lantaran Johnson dianggap tak lagi layak memimpin usai pemerintahannya dilanda sejumlah skandal.

Meski demikian, Johnson masih akan tetap memimpin sampai Perdana Menteri baru terpilih.

Baca juga: Profil dan Sepak Terjang Buya Syafii Maarif

Lantas, bagaimana rekam jejak Boris Johnson?

Karier Boris Johnson dimulai sebagai jurnalis

Boris Johnson atau Alexander Boris de Pfeffel Johnson merupakan seorang politikus Inggris dari Partai Konservatif, yang lahir pada 19 Juni 1964.

Jauh sebelum berkarier di politik, pria kelahiran New York, Amerika Serikat ini lebih dulu berkecimpung di dunia jurnalistik.

Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, ia mengawali karier dengan menjadi reporter untuk The Times pada 1987. Namun, karier di The Times tak berlangsung lama karena Johnson ketahuan mengarang kutipan.

Baca juga: Profil Ova Emilia, Rektor UGM Terpilih Periode 2022-2027

Johnson kemudian melanjutkan bekerja di The Daily Telegraph sebagai koresponden yang meliput komunitas di Eropa mulai 1989 hingga 1994.

Setelah itu, dirinya diangkat sebagai asisten editor The Daily Telegraph pada 1994 hingga 1999.

Bersamaan dengan karier Johnson sebagai asisten editor, ia juga menjadi kolumnis untuk majalah The Spectator.

Pada 1999, Johnson kembali diangkat menjadi editor majalah hingga sekitar 2005.

Baca juga: Profil ACT dan Laporan Keuangannya

Karier Boris Johnson di dunia politik

Boris Johnson mendapat tekanan untuk mundur selama berbulan-bulan belakangan sesudah terungkap serangkaian pesta diadakan di kantor dan kediaman resminya meskipun karantina wilayah melarang kegiatan seperti itu.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Boris Johnson mendapat tekanan untuk mundur selama berbulan-bulan belakangan sesudah terungkap serangkaian pesta diadakan di kantor dan kediaman resminya meskipun karantina wilayah melarang kegiatan seperti itu.

Karier politik Boris Johnson bermula pada 1997, saat ia terpilih sebagai kandidat Partai Konservatif untuk daerah pemilihan parlemen Clwyd South.

Sayangnya, Johnson kalah telak dengan petahana, Martyn Jones dari Partai Buruh Inggris.

Nama Boris Johnson kemudian semakin tenar usai kemunculannya di berbagai acara televisi, seperti program Have I Got News for You milik BBC pada 1998.

Baca juga: Kalahkan Juara Dunia Akane Yamaguchi, Ini Profil Bilqis Prasista

Kala itu, Johnson menjadi favorit karena ucapan blak-blakan serta sikapnya yang kikuk.

Ketenaran ini pun mengantarkan Boris Johnson ke kursi anggota parlemen untuk daerah pemilihan Henley on Thames.

Meski Johnson merupakan salah satu politisi paling terkenal di Inggris, tak lantas membuat dia terus berada di atas angin.

Baca juga: Jadi Tersangka Baru Kasus Ekspor CPO Minyak Goreng, Ini Profil Lin Che Wei

Karier Boris Johnson beberapa kali terancam, salah satunya usai publikasi editorialnya di The Spectator terkait Kota Liverpool. Ia pun dipaksa untuk meminta maaf kepada kota ini.

Pada 2004, posisinya sebagai Menteri Kesenian diberhentikan, setelah muncul rumor perselingkuhan antara Johnson dengan seorang jurnalis.

Namun, skandal-skandal tersebut tak banyak berpengaruh terhadap karier Boris Johnson sebagai politisi. Ia pun kembali terpilih menduduki kursi parlemen pada 2005.

Baca juga: Profil Ferdinand Marcos Jr, Presiden Terpilih Filipina yang Kontroversial

Boris Johnson terpilih sebagai wali kota London

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat menunggu giliran foto bersama para pemimpin negara KTT G7 di Elmau Castle, Jerman selatan, 26 Juni 2022.AFP/MARKUS SCHREIBER Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat menunggu giliran foto bersama para pemimpin negara KTT G7 di Elmau Castle, Jerman selatan, 26 Juni 2022.

Pada 2007, Johnson terpilih menjadi kandidat Wali Kota London periode 2008 melawan petahana Ken Livingstone dari Partai Buruh.

1 Mei 2008, Johnson meraih kemenangan tipis dan memenuhi janji kampanye untuk mundur dari kursi anggota parlemen.

Pada 2012, Boris Johnson terpilih menjadi Wali Kota London untuk kedua kalinya, setelah kembali mengalahkan Ken Livingstone.

Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Profil Lily Wahid Adik Kandung Gus Dur

Kemenangan Johnson ini menjadi salah satu titik terang Partai Konservatif yang sempat kehilangan pendukung.

Sembari berkecimpung di dunia politik, Johnson terus menekuni hobi menulisnya.

Sejumlah buku yang ia terbitkan antara lain Lend Me Your Ears (2003), Seventy-two Virgins (2004), The Dream of Rome (2006), dan sebuah survei sejarah Kekaisaran Romawi.

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Kembali Jalani Isolasi Covid-19, Bagaimana Kondisinya?

Kembali ke kursi parlemen

Kiri ke kanan: Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Mereka berfoto bersama setelah makan malam dalam rangkaian acara KTT G7 di Elmau Castle, Jerman selatan, 26 Juni 2022.AFP/BRENDAN SMIALOWSKI Kiri ke kanan: Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Mereka berfoto bersama setelah makan malam dalam rangkaian acara KTT G7 di Elmau Castle, Jerman selatan, 26 Juni 2022.

Boris Johnson kembali menginjakkan kaki ke kursi parlemen pada 2015, setelah memenangkan daerah pemilihan Uxbridge dan South Ruislip.

Kemenangannya ini memunculkan spekulasi bahwa dia akhirnya menantang Perdana Menteri David Cameron dari Partai Konservatif.

Adapun di masa genting Inggris, Johnson menjadi juru bicara jelang pemilihan referendum nasional 23 Juni 2016, terkait keputusan tetap bergabung atau tidaknya Inggris sebagai anggota Uni Eropa.

Baca juga: Ramai soal Unggahan Bendera LGBT Kedubes Inggris, Ini Respons Kemlu

Hasil referendum, sebanyak 52 persen menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Keputusan ini kemudian mendorong David Cameron untuk mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri.

Usai pengunduran diri Cameron, Partai Konservatif tak langsung mencalonkan Boris Johnson menjadi Perdana Menteri.

Dilansir dari laman gov.uk, mulai 13 Juli 2016 hingga 9 Juli 2018, Johnson menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris.

Ia kemudian terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris pada Juli 2019, setelah memenangkan pemilihan Pemimpin Partai Konservatif.

Baca juga: Contoh Surat Lamaran Kerja Bahasa Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com