KOMPAS.com - Jika diperhatikan, ayam memiliki sayap yang sama dengan burung.
Terkadang, hewan berkaki dua itu mengepakkan sayapnya untuk menghilangkan panas pada tubuhnya.
Meski memiliki sayap dan bulu halus, ayam bukan penerbang handal, bahkan mereka kerap mengudara hanya beberapa meter sebelum mendarat.
Baca juga: Menilik Tren Memelihara Ayam di Silicon Valley...
Asisten profesor sel klinis dan neurobiologi di University of Southern California Michael Habib mengatakan, adanya ketidakseimbangan tubuh ayam menjadi penyebabnya.
Menurutnya, ayam memiliki sayap kecil, tapi berotot terbang yang terlalu besar dan berat. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk lepas landas, dikutip dari Live Science.
Kondisi tersebut juga tak lepas dari faktor nenek moyang ayam.
Baca juga: Mengenal Asal-usul Ayam Cemani
Ayam hutan (Gallus gallus) merupakan nenek moyang langsung atau kerabat terdekat dari ayam modern (Gallus gallus domesticus).
Pertama kali didomestikasi antara 6.000 dan 8.000 tahun lalu, ayam hutan adalah burung liar asli India utara, China selatan, dan Asia Tenggara.
Layaknya unggas hutan atau burung buruan lainnya, seperti belibis, puyuh, dan burung pegar, ayam hutan hanya bisa terbang dalam jarek yang pendek.
Baca juga: Kasus Penyelundupan Satwa Sepanjang 2019, dari Komodo hingga Ayam Aduan
Meski memiliki otot terbang kuat, mereka memiliki sedikit daya tahan. Karenanya, mereka menggunakan otot terbang untuk lepas landas dalam waktu yang cepat, hampir vertikal, dan terbang untuk jarak pendek.
Ini memungkinkan mereka untuk melarikan diri dari pemangsa.
Akan tetapi, ayam modern hampir tidak bisa mencapai itu. Pasalnya, kebanyakan orang memelihara ayam untuk otot terbang yang lebih besar daripada ayam hutan.
"Otot terbang yang besar itu enak," kata Habib.
Baca juga: Daftar Hewan Tercantik di Dunia, Apa Saja?