Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Mengapa Ayam Kurang Mahir untuk Terbang

Kompas.com - 03/07/2022, 12:04 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jika diperhatikan, ayam memiliki sayap yang sama dengan burung.

Terkadang, hewan berkaki dua itu mengepakkan sayapnya untuk menghilangkan panas pada tubuhnya.

Meski memiliki sayap dan bulu halus, ayam bukan penerbang handal, bahkan mereka kerap mengudara hanya beberapa meter sebelum mendarat.

Baca juga: Menilik Tren Memelihara Ayam di Silicon Valley...

Asisten profesor sel klinis dan neurobiologi di University of Southern California Michael Habib mengatakan, adanya ketidakseimbangan tubuh ayam menjadi penyebabnya.

Menurutnya, ayam memiliki sayap kecil, tapi berotot terbang yang terlalu besar dan berat. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk lepas landas, dikutip dari Live Science.

Kondisi tersebut juga tak lepas dari faktor nenek moyang ayam.

Baca juga: Mengenal Asal-usul Ayam Cemani

Sekilas soal ayam hutan

Sejumlah pejabat melepas tiga pasang ayam hutan dan sepasang elang tikus di Pedukuhan Kaliwilut, Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan bersama antara Polres Kulon Progo, Pemkab Kulon Progo dan BKSDA Yogyakarta mendorong kelestarian SDA dengan menekan perburuan liar.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Sejumlah pejabat melepas tiga pasang ayam hutan dan sepasang elang tikus di Pedukuhan Kaliwilut, Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan bersama antara Polres Kulon Progo, Pemkab Kulon Progo dan BKSDA Yogyakarta mendorong kelestarian SDA dengan menekan perburuan liar.

Ayam hutan (Gallus gallus) merupakan nenek moyang langsung atau kerabat terdekat dari ayam modern (Gallus gallus domesticus).

Pertama kali didomestikasi antara 6.000 dan 8.000 tahun lalu, ayam hutan adalah burung liar asli India utara, China selatan, dan Asia Tenggara.

Layaknya unggas hutan atau burung buruan lainnya, seperti belibis, puyuh, dan burung pegar, ayam hutan hanya bisa terbang dalam jarek yang pendek.

Baca juga: Kasus Penyelundupan Satwa Sepanjang 2019, dari Komodo hingga Ayam Aduan

Meski memiliki otot terbang kuat, mereka memiliki sedikit daya tahan. Karenanya, mereka menggunakan otot terbang untuk lepas landas dalam waktu yang cepat, hampir vertikal, dan terbang untuk jarak pendek.

Ini memungkinkan mereka untuk melarikan diri dari pemangsa.

Akan tetapi, ayam modern hampir tidak bisa mencapai itu. Pasalnya, kebanyakan orang memelihara ayam untuk otot terbang yang lebih besar daripada ayam hutan.

"Otot terbang yang besar itu enak," kata Habib.

Baca juga: Daftar Hewan Tercantik di Dunia, Apa Saja?

Jarak terbang ayam yang sangat pendek

Peternak Ayam dengan metode close farmDok. PLN Peternak Ayam dengan metode close farm

Ini mungkin terdengar berlawanan dengan intuisi, tetapi otot terbang ayam yang besar menghambat penerbangannya.

Untuk terbang, burung membutuhkan kekuatan sayap yang sesuai rasio massa tubuh terhadap luas sayap.

Burung harus memiliki setidaknya 1 inci persegi sayap per 0,6 ons massa tubuh (1 sentimeter persegi per 2,5 gram) untuk terbang.

Baca juga: 6 Hewan Tercepat di Dunia yang Lebih Kencang dari Cheetah

Mengingat ayam peliharaan memiliki sayap yang lebih kecil dan massa yang lebih berat daripada saudaranya yang liar, tidak mengherankan bahwa ayam hampir tidak bisa terbang.

Namun, terkadang ayam muda bisa mengepakkan sayap tetapi untuk jarak terbang yang sangat pendek.

Karena sangat pendek sehingga area yang luas dan berpagar seringkali cukup untuk mencegah mereka melarikan diri ke alam liar.

Baca juga: 10 Hewan Darat Tercepat di Dunia, Apa Saja?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Ayam Geprek, Ayam Penyet, dan Ayam Gepuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com