Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Tragedi Suporter Sepak Bola di Indonesia

Kompas.com - 20/06/2022, 08:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sepak bola, olahraga yang digemari masyarakat di Tanah Air ini dihantui sisi gelap tragedi yang menimpa para pendukungnya.

Tak sedikit insiden yang terjadi dan seakan tak mau berhenti hingga kini.

Insiden yang menyebabkan kerusakan dan korban. Tragedi yang juga telah menjatuhkan korban jiwa.

Berikut sederet tragedi yang menimpa suporter sepak bola di Tanah Air:

Baca juga: Kejadian 2 Bobotoh Meninggal, Pengamat Sorot Lemahnya Regulasi Suporter

Dua bobotoh Persib (2022)

Dua orang Bobotoh pendukung Persib Bandung bernama Asep Ahmad Solihin (29) dan Sofian Yusuf (19) meninggal dunia.

Keduanya meninggal saat pertandingan Piala Presiden 2022 antara Persebaya vs Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Jumat (17/6/2022).

Dikutip dari Kompas.com, (18/6/2022), keduanya meninggal akibat terjatuh saat berdesak-desakan masuk ke dalam area stadion.

Kedua suporter itu sempat mendapatkan pertolongan medis dan perawatan di RS Sartika Asih, tetapi malang, nyawa mereka tak terselamatkan.

Baca juga: Suporter Sepak Bola Sering Ricuh, Apa yang Harus Dilakukan?

Micko Pratama (2018)

Peristiwa tewasnya seorang Bonek atau pendukung Persebaya Surabaya, Micko Pratama (16) pada 15 April 2018 juga masuk dalam daftar kelam ini.

Nyawanya melayang di tangan sekelompok pemuda tak dikenal di Solo setelah menonton pertandingan antara Persebaya vs PS Tira di Bantul, Yogyakarta.

Ia mengalami aksi kekerasan oleh sekelompok orang tidak dikenal saat perjalanan pulang dari Bantul ke Surabaya.

Diberitakan Kompas.com (16/4/2018), truk bermuatan puluhan Bonek yang ditumpanginya diadang sejumlah orang yang kemudian memukuli mereka.

Dikisahkan, Micko tidak diizinkan pergi oleh sang ibunda, tetapi ia nekat pergi dengan menaiki truk bak terbuka.

Kepada pamannya, Micko telah berjanji itu menjadi kali terakhirnya menjadi Bonek.

Baca juga: Sebelum Tewas, Micko Sempat Janji ke Ibu, Ini Terakhir Kalinya Jadi Bonek

Harun Al Rasyid Lestaluhu (2016)

Pada 2016, bentrokan terjadi antara warga dan pendukung klub sepak bola. Bentrokan ini justru terjadi di area jalan tol.

Sebanyak 6 bus yang membawa rombongan Jakmania melintas di Jalan Tol Palimanan, Cirebon.

Mereka dalam perjalanan kembali dari Solo setelah melihat laga antara Persija melawan Persib.

Sayangnya, saat berhenti di KM 188 rombongan terlibat bentrok dengan warga sekitar dan saling melempar batu.

Sebagaimana diberitakan Kompas.com, (6/11/2016), bentrok bermula saat sekelompok orang tak dikenal melempari bus pendukung.

Melihat kejadian itu, para Jakmania keluar dari bus dan mengejar pelaku yang masuk ke area pemukiman.

Akibat pelaku yang masuk ke area penduduk itu, akhirnya warga turut terlibat melempari bus dengan batu.

Salah satu batu yang dilemparkan warga ternyata mengenai kepala seorang pendukung yang diketahui bernama Harun Al Rasyid Lestaluhu alias Ambon.

Ia merupakan seorang warga Duren Sawit, Jakarta Timur meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Baca juga: Anggota Jakmania Tewas dalam Tawuran dengan Warga di Palimanan

Haringga Sirla (2018)

Haringga Sirla, seorang Jakmania, pendukung Persija Jakarta tewas di tangan pendukung tim lain pada 23 September 2018.

Dilansir dari Kompas.com (25/9/2018), pada hari itu, Haringga pergi ke Bandung dari Jakarta seorang diri dan ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) bersama seorang temannya asal Bandung.

Di lokasi, ia berpapasan dengan gerombolan pendukung klub lain yang sedang melakukan sweeping pendukung.

Di sana, Haringga dikeroyok baik menggunakan tangan kosong, balok, maupun benda tumpul lainnya.

Tindakan tersebut membuat Haringga mengalami luka parah hingga nyawanya tak bisa tertolong.

Ia mengembuskan napas terakhir di lokasi kejadian.

Video pengeroyokan Haringga sempat tersebar luas di media sosial. Atas kejadian itu, Liga 1 Indonesia sempat dihentikan.

Baca juga: Hari Ini Setahun Lalu, Haringga Sirla Tewas Jelang Persib Vs Persija

Joko Riyanto (2014)

Pada 2014, tepatnya 22 Oktober 2014, seorang pendukung Pasoepati, tewas saat menyaksikan laga antara Persis Solo melawan Martapura FC.

Ia bernama Joko Riyanto (35) yang merupakan warga Ngalian, Pelem, Simo, Boyolali.

Dikutip dari Kompas.com (23/10/2014), Joko terbunuh akibat mendapat tusukan sedalam 8 cm yang mengenai paru-parunya.

Kericuhan terjadi akibat keputusan wasit dalam pertandingan yang tidak diterima oleh salah satu pihak pendukung.

Akhirnya, terjadilah perusakan fasilitas, pembakaran kendaraan, pelemparan batu, dan kericuhan yang menyebabkan salah satu suporter kehilangan nyawanya.

Baca juga: Sebelum Tewas, Ikhwan Diseret dan Dipukuli Pakai Stik Bisbol

Muhammad Ikhwanudin (2014)

Muhammad Ikhwanuddin (19), warga Petenangan, Cilacap, Jawa Tengah, pendukung klub PSCS Cilacap.

Ia tewas akibat pengeroyokan oknum tak dikenal di bus yang ia tumpangi dengan rombongan lain pada perjalanan pulang setelah menonton klub kesayangannya bertanding di Solo.

Sebagaimana diberitakan Kompas.com, (13/10/2014), ia mengalami luka di bagian wajah dan mengalami tusukan yang mengenai ulu hatinya.

Gerombolan pengeroyok menggunakan cadar hitam, membawa pentungan dan senjata tajam, mencegat bus dan merangsek masuk ke dalamnya.

Mereka menghajar penumpang dan berhasil masuk ke dalam bus dengan membawa pentungan dan senjata tajam.

Peristiwa itu terjadi di Jalan Solo, di dekat Bandar Udara Adi Sucipto.

Demikian sederet kasus kekerasan dan tragedi yang menimpa suporter sepak bola di Indonesia.

(Sumber: Kompas.com/Kevin Topan Kristianto, Putra Prima Perdana, Michael Hangga Wismabrata | Editor: Sem Bagaskara, Egidius Patnistik, Caroline Damanik, Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com