Belum lagi tingkat imunitas di wilayah Indonesia untuk menghadapi Omicron dan subvariannya masih rawan, merujuk dari tingkat vaksinasi dosis ketiga yang masih rendah.
"Dengan pelonggaran-pelonggaran yang terjadi secara global itu sulit menghindari masuknya satu varian atau subvarian baru seperti itu," jelas Dicky.
Baca juga: Ada Subvarian Omicron Baru BA.4 dan BA.5, Apa yang Perlu Diwaspadai?
Kasus Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 didominasi oleh penularan yang tidak bergejala.
Dicky mengungkapkan jika hal tersebut akan membuat meningkatnya kasus infeksi Covid-19 di Indonesia.
Karena subvarian BA.4 dan BA.5 dapat bersikulasi menginfeksi orang yang sudah divaksinasi.
"Itu sudah terbukti di banyak negara. Taiwan sendiri meningkat, China, Jepang, dan lain sebagainya," ujarnya.
Menurut Dicky, yang paling rentan terdampak subvarian baru ini adalah kelompok rawan, seperti lansia dan komorbid yang cakupan dosis ketiganya masih rendah.
"Ini yang akan berpotensi menambah kasus rawatan rumah sakit termasuk kematian," jelasnya.
Baca juga: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Diidentifikasi di Indonesia, Ini Antisipasi Kemenkes
Masyarakat diminta untuk tetap waspada, karena Covid-19 masih berstatus sebagai pandemi.
Dicky menghimbau agar akselerasi vaksinasi dosis ketiga segera dikejar oleh pemerintah, teruma bagi kelompok rawan dan beresiko tinggi.
"Setidaknya kalau saya menyarankan di akhir tahun ini kita targetkan lima puluh persen dari total populasi kita sudah mendapat dosis ke tiga," ungkapnya.
Selain itu, apabila diperlukan, beberapa kelompok dapat diberikan dosis keempat.
Pemerintah juga harus tetap membangun literasi kepublik tentang kewaspadaan, persepsi risiko dengan komunikasi yang baik dan konsisten.
Hal itu agar masyarakat dapat tetap menerapkan pola hidup sehat pada saat situasi pandemi Covid-19.
"Tetap memakai masker, cuci tangan, meminimalisir keramaian dan kerumunan dan sebagainya," kata Dicky.
Baca juga: Saat Jadi Endemi, Siapa yang Menanggung Biaya Pasien Covid-19?