Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tiga Cara meningkatkan Motivasi bagi Pendamping Down Syndrome

Kompas.com - 08/06/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pertama, Self-Determination Theory (SDT) yang dirumuskan oleh Ryan dan Deci (2017). SDT membedakan antara individu yang tidak termotivasi dan termotivasi.

SDT memiliki tiga faktor penting atau tiga kebutuhan dasar di dalamnya, yaitu autonomy, competence, dan relatedness yang dapat memengaruhi dan berdampak pada motivasi dan juga produktivitas (Adams et al., 2017).

Ketiga faktor ini saling bergantung dan memfasilitasi kepuasan satu sama lain dalam sebagian besar kondisi (Ryan & Deci, 2017).

Teori berikutnya adalah Goal-setting theory. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik jika tujuan-tujuan yang ditetapkan merupakan tujuan yang rumit, spesifik, dan menarik.

Prinsip utama dari Goal-Setting Theory ialah kinerja merupakan fungsi positif dari tingkat kesulitan tujuan apabila individu memiliki kemampuan yang sesuai (Gard, 2002).

Dari teori-teori tersebut, kegiatan-kegiatan di bawah ini akhirnya disusun dan dirancang sebagai program peningkatan motivasi kepada para pendamping DS di Panti Rawat Yayasan X.

Secara keseluruhan, hasil menunjukkan adanya peningkatan motivasi setelah kegiatan-kegiatan ini diberikan.

1. Zumba

Zumba merupakan senam aerobik dengan menggunakan lagu sebagai upaya meningkatkan atau mempertahankan motivasi untuk aktif secara fisik (Krishnan et al., 2015).

Kegiatan zumba memungkinkan para pendamping dan anak asuhnya untuk bersenang-senang bersama yang tentunya mengarah pada terbentuknya koneksi antara pendamping dan anak asuh.

Hal ini yang kemudian akan menjadi pemenuhan relatedness karena melibatkan perasaan terkoneksi secara sosial (Bowlby, 1979; Baumeister & Leary, 1995; Ryan, 1995) sehingga individu memiliki rasa bermakna di antara orang lain.

Relatedness merupakan salah satu faktor dari Self-Determination Theory (SDT) yang dapat memengaruhi dan berdampak pada motivasi dan juga produktivitas (Adams et al., 2017).

Selaras dengan teori ini, Moe (2012) juga menyatakan bahwa zumba dapat mengembangkan rasa hubungan sosial yang lebih kuat, dan mereka juga dapat merasa terkoneksi satu sama lain.

Selain itu, penelitian lainnya juga mengungkapkan adanya pengaruh kegiatan zumba terhadap peningkatan motivasi intrinsik yang dipercaya karena zumba merupakan kegiatan yang menyenangkan (Krishnan et al., 2015).

2. Menyusun puzzle

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com