KOMPAS.com - Memasuki Lebaran, umat Islam bebas mengonsumsi makanan dan minuman apa pun tanpa perlu ditahan-tahan.
Namun, sering kali kebebasan ini melebihi batas dan tak jarang menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Saat Lebaran, makanan bersantan, berlemak, dan manis banyak disajikan.Berbanding terbalik dengan hidangan sayuran dan buah-buahan yang minim terlihat saat Lebaran.
Pola makan yang sudah dijaga sedemikian rupa selama berpuasa pun menjadi rusak dan sia-sia.
Baca juga: Kolesterol Tinggi, Hindari Menyantap Menu Lebaran Berikut
Untuk itu, perlu untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan guna menyeimbangkan asupan makan selama Lebaran.
Pemeriksaan kesehatan juga perlu dilakukan guna mengetahui kondisi tubuh usai berpuasa dan Lebaran.
Jika tidak, maka tubuh akan rentan mengalami gangguan kesehatan. Apalagi jika latihan fisik atau olahraga tidak rutin dilakukan.
Baca juga: Pantangan Menu Lebaran bagi Penderita Diabetes
Lalu, pemeriksaan kesehatan apa yang perlu dilakukan setelah Lebaran?
Hari Raya identik dengan makanan bersantan dan berlemak. Jenis makanan ini bisa meningkatkan kolesterol, terutama bagi orang dengan riwayat kolesterol tinggi.
Kolesterol sendiri merupakan zat lilin yang terdapat dalam darah manusia. Tubuh membutuhkan kolesterol untuk membangun sel-sel yang sehat.
Meski demikian, peningkatan jumlah kolesterol dalam darah juga akan meningkatkan risiko kesehatan.
Kolesterol tinggi berkontribusi terhadap risiko terkena penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke.
Baca juga: 6 Penyebab Kolesterol Tinggi
Menurut American Heart Association, setelah seseorang berusia 20 tahun, ia harus mengecek kadar kolesterol darah setidaknya satu tahun sekali.
Namun, jika kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl, pengecekan sebaiknya dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Khusus setelah Lebaran, cek kolesterol wajib dilakukan sebagai upaya pencegahan dini.
Sebab selama Lebaran, orang cenderung kalap dan tidak bisa mengendalikan apa yang ia konsumsi.
Selain cek kolesterol, imbangi juga dengan konsumsi makanan kaya serat seperti buah dan sayur, agar kadar kolesterol tidak terlalu melonjak.
Baca juga: 10 Manfaat Kesehatan Buah Semangka: Bisa Cegah Kanker dan Kolesterol
Pengecekan kadar glukosa atau gula darah adalah salah satu pemeriksaan wajib seusai Lebaran.
Tujuannya, untuk memastikan kadar gula darah masih normal sekaligus mencegah diabetes.
Apalagi selama Lebaran, menu makanan yang tersaji umumnya bisa menaikkan kadar gula darah, seperti kue kering, sirup, bahkan ketupat.
Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau gula darah.
Baca juga: INFOGRAFIK: 12 Makanan Pantangan Asam Urat
Catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 442 juta penderita diabetes dan 1,5 juta kematian yang terjadi akibat penyakit ini.
Adapun, pengecekan kadar gula darah bisa dilakukan secara mandiri di rumah dengan menggunakan alat cek gula darah atau glukometer.
Namun jika ingin yang lebih akurat, bisa melakukan pemeriksaan langsung ke dokter.
Setelah hasil pengecekan keluar dan kadar gula darah cukup tinggi, lakukan pencegahan dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan perbanyak minum air putih.
Atau bisa juga mengonsumsi obat penurun gula darah sesuai dengan resep dokter yang memeriksa.
Baca juga: Daftar Makanan yang Dianjurkan dan Harus Dihindari Penderita Asam Urat
Melansir dari WebMD, pada dasarnya asam urat secara alami terbentuk dari dalam tubuh sebagai reaksi dari penguraian zat purin dari makanan atau minuman yang masuk.
Namun jika produksinya berlebih, asam urat bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
Selama Lebaran, makanan tinggi purin alias pemicu asam urat tinggi bertebaran. Mulai dari daging sapi yang ada dalam rendang, serta jeroan hati dan ampela yang ada di menu sambal goreng ati.
Baca juga: Mengapa Penderita Hipertensi Tak Bisa Mendapatkan Vaksinasi Covid-19? Ini Penjelasannya
Untuk itu, lakukan pencegahan dengan mengecek asam urat dalam tubuh, baik dengan tes asam urat dalam urine ataupun tes asam urat dalam darah.
Masih dari WeMD, tes asam urat dalam urine dilakukan dengan cara mengetahui seberapa banyak kandungan asam urat yang dibuang ginjal melalui urine.
Melalui tes urine pula, risiko pembentukan kristal atau batu ginjal bisa diketahui.
Adapun tes asam urat dalam darah, umumnya dilakukan di laboratorium dan memiliki akurasi yang cukup tinggi.
Baca juga: Universitas Oxford Uji Coba Obat Asam Urat untuk Pengobatan Covid-19