Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tradisi Unik Merayakan Lebaran di Indonesia

Kompas.com - 03/05/2022, 17:30 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari raya Idul Fitri atau lebaran dirayakan oleh seluruh umat Islam di dunia setelah sebulan penuh melakukan ibadah puasa Ramadhan.

Dalam menyambut lebaran, masyarakat di berbagai daerah di Indonesia merayakannya dengan tradisi yang unik.

Setiap daerah merayakan lebaran dengan berbagai tradisi yang berbeda-beda, hal ini tergantung dengan kebiasaan dan kebudayaan daerah tersebut.

Tradisi tersebut biasanya merupakan percampuran dari kebudayaan setempat dengan kebudayaan Islam.

Baca juga: Kolesterol Tinggi, Hindari Menyantap Menu Lebaran Berikut

Lalu, apa saja tradisi yang ada di masyarakat Indonesia saat menyambut lebaran tiba?

7 Tradisi unik Lebaran di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa tradisi unik yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia:

1. Tradisi Baraan

Dikutip dari Kompas.com (18/5/2021), di Bengkalis, Provinsi Riau, masyarakatnya melakukan tradisi Baraan ketika lebaran datang.

Tradisi Baraan adalah kegiatan kunjung mengunjungi jirang tetangga secara beramai-ramai pada saat memasuki bulan Syawal.

Saat melakukan tradisi Baraan semua rumah di suatu dusun pasti akan mendapatkan giliran untuk dikunjungi.

Selain itu, tuan rumah akan menghidangkan berbagai macam hidangan seperti kue mueh, ketupat, opor ayam, dan banyak lagi.

Tradisi ini sangat sarat dengan makna Islam, karena di setiap berkunjung di sebuah rumah selain melakukan kegiatan makan bersama juga dilakukan pembacaan doa.

Baca juga: Resep Rendang Sapi untuk Sajian Lebaran yang Bisa Dicoba di Rumah

2. Tari Topeng Muaro Jambi

Tradisi Tari Topeng Muaro Jambi adalah sebuah hiburan yang digelar pada setiap momen lebaran di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Tari Topeng Muaro Jambi menggunakan media topeng yang terbuat dari labu tua berkulit keras yang dihias menggunakan cat berbagai warna dan diletakkan pula ijuk di atas topeng agar menyerupai rambut.

Pemuda Desa Muara Jambi akan membawa tarian topeng tersebut dengan mengelilingi sembilan RT.

Selain merupakan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan selama ratusan tahun, penggunaan topeng labu juga merupakan simbol perjuangan yang digunakan masyarakat Jambi ketika berhadapan dengan penjajah.

Baca juga: Pantangan Menu Lebaran bagi Penderita Diabetes

3. Grebeg Syawal

Sejumlah warga berkumpul saat mengikuti Tradisi Kenduri Ketupat Syawalan di lereng Gunung Merapi, Mlambong, Sruni, Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (12/6/2019). Sepekan setelah Idul Fitri, warga setempat menggelar tradisi kenduri ketupat syawalan bersama yang bertujuan untuk mempererat kebersamaan.ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGRO Sejumlah warga berkumpul saat mengikuti Tradisi Kenduri Ketupat Syawalan di lereng Gunung Merapi, Mlambong, Sruni, Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (12/6/2019). Sepekan setelah Idul Fitri, warga setempat menggelar tradisi kenduri ketupat syawalan bersama yang bertujuan untuk mempererat kebersamaan.

Dilansir dari Kompas.com (24/5/2020), tradisi Grebeg Syawal adalah sebuah ritual yang dilakukan Keraton Yogyakarta ketika memperingati Lebaran tepat pada 1 Syawal.

Pada perayaan Grebeg Syawal akan diadakan arakan Gunungan Lanang yang diawali dengan keluarnya gunungan untuk dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan.

Gunungan Lanang terbuat dari sayur-mayur dan hasil bumi lainnya dengan dikawal oleh prajurit keraton.

Nantinya, Gunungan Lanang akan diambil secara berebutan oleh masyarakat.

Sejumlah masyarakat percaya jika gunungan tersebut membawa berkah dan ketenteraman.

Baca juga: Asal-Usul Nama Malioboro, Benarkah dari Marlborough atau Malyabhara?

4. Makan nasi jaha

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara melakukan tradisi Binarundak atau memasak nasi jaha bersama-sama.

Tradisi Binarundak berlangsung selama tiga hari setelah Idul Fitri dan terinspirasi dari tradisi Lebaran Ketupat di Minahasa dan Gorontalo.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang terbuat dari beras ketan, santan, dan jahe untuk kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang telah dilapisi daun pisang.

Batang bambu yang terlah terisi adonan kemudian dibakar dengan serabut kelapa, setelah dimasak matang kemudian disantap beramai-ramai oleh perantau dan masyarakat setempat.

Selain makan bersama, acara tersebut juga menjadi sarana silaturahmi dan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.

Baca juga: Update Jadwal Operasional BCA Saat Libur Lebaran 2022

5. Nyama Selam

Di Bali terdapat tradisi makan-makan atau Nyaman Selam yang mengisyaratkan keberagamaan agama dan keindahan toleransi beragama.

Nyama Selam artinya saudara dari kalangan Muslim, merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam.

Secara turun termurun menjelang Idul Fitri, tradisi Nyawa Selam dilakukan dengan cara "ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya termasuk kepada yang berbeda agama.

Tradisi tersebut sudah dilakukan sejak masa keajaan-kerajaan di Bali dan dapat ditemui di sebagian besar daerah di Bali.

Umat Hindu juga akan memberikan balasan dengan melakukan "ngejot" kepada umat Islam pada saat Nyepi atau Galungan.

Baca juga: 10 Destinasi Paling Populer di Dunia, Bali Nomor 4

6. Perang Topat

Warga saling lempar dengan ketupat saat tradisi Perang Topat, di Pura Lingsar, Lombok Barat, Rabu (11/12/2019). Perang topat adalah tradisi di Lombok yang merupakan warisan leluhur dan diyakini merupakan simbol perdamaian dan pemersatu antarumat beragama.Dok. Kompas.com Warga saling lempar dengan ketupat saat tradisi Perang Topat, di Pura Lingsar, Lombok Barat, Rabu (11/12/2019). Perang topat adalah tradisi di Lombok yang merupakan warisan leluhur dan diyakini merupakan simbol perdamaian dan pemersatu antarumat beragama.

Tradisi Perang Topat atau perang ketupat dilakukan waktu Lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tradisi ini memiliki ciri khas dengan saling melemparkan ketupat kepada satu sama lain.

Ketupat disimbolkan sebagai alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang tinggal di Lombok.

Perang Topat dilakukan setelah berdoa dan berziarah di Makam Loang Balog Kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di Kawasan Pantai Bintaro.

Baca juga: Kerap Jadi Santapan Lebaran, Bagaimana Sejarah Ketupat?

7. Festival Meriam Karbit

Festival Meriam Karbit diadakan oleh masyarakat di tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat.

Perayaan Festival Meriam Karbit biasanya digelar 3 hari yakni sebelum, saat, dan sesudah Lebaran.

Festival Meriam Karbit merupakan sebuah ajang perlombaan meriam yang dinilai berdasarkan bunyi paling kompak yang dihasilkan dari meriam peserta.

Untuk membuat Meriam Karbit yang terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian pembuatnya harus merogoh kocek sebesar Rp 15-30 juta.

Konon, meriam ini dikenal untuk mengusir kuntilanak karena mengeluarkan suara yang bising.

Baca juga: Cara Umat Islam Merayakan Lebaran dari Berbagai Negara

(Sumber: Kompas.com/ Retia Kartika Dewi, Albertus Adit | Editor: Sari Hardiyanto, Albertus Adit)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com