Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Tuding Ada Laboratorium Senjata Biologis AS di Ukraina, Begini Tanggapan AS dan China

Kompas.com - 24/03/2022, 21:03 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Konflik Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut.

Kabar yang tengah ramai dibicarakan masyarakat dunia adalah mengenai kemungkinan adanya senjata biologis AS di Ukraina.

Pada Minggu (6/3/2022) Rusia mengatakan memiliki bukti adanya program biologis militer yang dikembangkan di Ukraina dengan pembiayaan AS.

"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan biolaboratorium Ukraina yang memerintahkan pemusnahan darurat patogen berbahaya seperti pes (plague), antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya pada 24 Februari," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov dikutip dari Kompas.com, 7 Maret 2022.

Konashenkov mengatakan, dokumen tersebut mengonfirmasi bahwa pengembangan komponen senjata biologis AS dilakukan di biolaboratorium Ukraina di sekitar wilayah Rusia.

Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang?

Bagaimana tanggapan AS, dan China?

Tanggapan AS

Terkait adanya tudingan tersebut AS menyebut bahwa informasi tersebut adalah disinformasi.

Selain itu menurut AS, tudingan tersebut juga melibatkan China untuk menyebarkan propaganda.

“Sekarang Rusia telah membuat klaim palsu ini, dan China tampaknya telah mendukung propaganda ini. Kita semua harus waspada terhadap Rusia yang mungkin menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki di Twitter pada Rabu (9/3/2022) dikutip dari NYTimes.

Baca juga: Pro Kontra Rusia Hadiri KTT G20 dan Indonesia yang Dinilai Bisa Jadi Juru Damai

Jen menyebut pola semacam itu adalah sebuah pola yang jelas.

Ia mengatakan tuduhan itu tak masuk akal dan menyebut AS tak mengembangkan ataupun memiliki senjata semacam itu di mana pun.

Adapun Departemen Luar Negeri AS menyampaikan bahwa tudingan tersebut sebagai sebuah ‘omong kosong’ dan mengatakan Ukraina tak memiliki laboratorium senjata biologis.

Baca juga: 10 Negara Terbesar di Dunia, Rusia di Urutan Pertama

Jaringan laboratorium biologis

Gambar ini diambil dari video yang disediakan oleh Dewan Kota Mariupol menunjukkan dampak dari Rumah Sakit Mariupol setelah serangan di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022). Serangan Rusia merusak parah rumah sakit anak-anak dan bangsal bersalin di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, kata pejabat Ukraina. Presiden Volodymyr Zelenskyy menulis di Twitter bahwa ada orang-orang, anak-anak di bawah reruntuhan rumah sakit dan menyebut serangan itu sebagai kekejaman.Mariupol City Council via AP Gambar ini diambil dari video yang disediakan oleh Dewan Kota Mariupol menunjukkan dampak dari Rumah Sakit Mariupol setelah serangan di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022). Serangan Rusia merusak parah rumah sakit anak-anak dan bangsal bersalin di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, kata pejabat Ukraina. Presiden Volodymyr Zelenskyy menulis di Twitter bahwa ada orang-orang, anak-anak di bawah reruntuhan rumah sakit dan menyebut serangan itu sebagai kekejaman.

Dikutip dari Business Standard, klaim Rusia terkait adanya senjata biologi di Ukraina didasarkan pada sejumlah kebenaran yakni Ukraina memang memiliki jaringan laboratorium biologis yang didedikasikan untuk penelitian patogen.

Laboratorium tersebut telah menerima dana dan dukungan penelitian di AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com