Akan tetapi, pada intinya, Hari Musik Nasional menjadi simbol kebangkitan musik nasional dan juga daerah.
Diharapkan, dengan ditetapkannya Hari Musik Nasional, dapat menjadikan masyarakat Indonesia lebih mencintai dan menghargai karya-karya musik Tanah Air.
Baca juga: 21 Juni Hari Musik Sedunia, Ini Sejarah dan Cara Merayakannya
Dilansir dari museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, WR Supratman lahir pada Jumat Wage, tanggal 19 Maret 1903 di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Walaupun lahir di Somongari, WR Supratman tidak tinggal di desa tersebut. Tiga bulan setelah lahir, orangtuanya membawanya ke Jatinegara.
Ayah WR Supratman, Jumeno Senen, membuatkan akta kelahiran WR Supratman di Jatinegara, sehingga banyak yang menuliskan WR Supratman lahir di Jatinegara.
Baca juga: Didi Kempot dan Perayaan 30 Tahun Kariernya di Dunia Musik Indonesia
WR Supratman memulai pendidikan di Frobelschool atau sekolah taman kanak-kanak di Jakarta pada 1907, saat usianya 4 tahun.
Setelah itu, WR Supratman pindah ke Makassar, Sulawesi Selatan. Ia tinggal bersama kakaknya, Ny. Rukiyem, dan melanjutkan pendidikannya di Tweede Inlandscheschool (Sekolah Angka Dua) dan menyelesaikan pada 1917.
Pada 1919, WR Supratman lulus ujian Klein Ambtenaar Examen (KAE, ujian untuk calon pegawai rendahan). Setelah lulus KAE, ia melanjutkan pendidikan ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru).
Baca juga: Hari Musik Nasional 2021: Sejarah, Ucapan, dan Apresiasi kepada Musisi
Kariernya dalam bermusik tidak terlepas dari peran kakak iparnya W.M. Van Eldick. WR Supratman diberikan hadiah oleh Van Eldick sebuah biola saat ulang tahunnya yang ke-17.
Bersama dengan Van Eldik, ia mendirikan grup jazz band bernama Black And White.
Kepandaian WR Supratman dalam bermusik dimanfaatkannya untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan, yang salah satu di antaranya ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan Republik Indonesia, "Indonesia Raya".
Baca juga: Mengapa Orang Tua Tidak Menyukai Musik Modern?
Puncak karier WR Supratman ketika ia pindah dari Makassar ke Bandung, dan memulai karier jurnalistik dengan menjadi wartawan pada surat kabar Kaoem Moeda pada 1924.
Setahun kemudian, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan surat kabar Sin Po.
Sejak saat itu, ia rajin menghadiri rapat-rapat organisasi pemuda dan rapat-rapat partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan di Batavia, dan mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Baca juga: 5 Tempat yang Wajib Bayar Royalti Musik dan Besaran Tarifnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.