KOMPAS.com - Seperti namanya, Tepi Barat atau West Bank terletak di sebelah barat Sungai Jordan, sebuah ladang air tawar penting bagi daerah sekitar.
Dalam sejarah Palestina, Tepi Barat merupakan 21 persen dari total wilayah negara itu atau sekitar 5.860 kilometer persegi.
Ini termasuk Pegunungan Nablus, Pegunungan Yerusalem, Pegunungan Hebron dan Lembah Jordan bagian barat.
Baca juga: Tentara Israel Tembak Mati Pemuda Palestina dalam Bentrok di Tepi Barat
Setelah kepergian pasukan pendudukan Inggris pada Mei 1948 dan kemerdekaan Israel, pasukan koalisi Arab memasuki Palestina.
Dalam pembagian yang dilakukan oleh PBB, Tepi Barat rencananya diperuntukkan bagi Palestina pada 1947, dikutip dari Britannica.
Menurut rencana itu juga, Yerusalem seharusnya menjadi zona internasional. Namun, kota itu malah dibagi menjadi sektor Israel (barat) dan Yordania (timur).
Negara Pelastina yang direncanakan oleh PBB itu pun tak pernah terwujud. Tepi Barat secara resmi dianeksasi oleh Yordania pada 24 April 1950, meskipun hanya diakui oleh Inggrid dan Pakistan.
Baca juga: Mengenal Ramallah, Kota Pusat Pemerintahan Palestina
Dari 1950 sampai diduduki oleh Israel setelah Perang Enam Hari 1967, Tepi Barat diperintah sebagai bagian dari Yordania.
Sayangnya, hubungan antara Tepi Timur dan Tepi Barat kurang harmonis, baik karena kecurigaan Palestina terhadap Kerajaan Hashemite maupun aspirasi warga Palestina di Tepi Barat untuk memisahkan diri.
Namun, hubungan dua bagian Yordania selama periode ini terus tumbuh. Pada 1967, Tepi Barat mewakili sekitar 47 persen populasi Yordania dan sekitar 30 persen dari produk domestik brutonya.
Selama perang 1967, Israel berhasil menduduki Tepi Barat dan mendirikan pemerintahan militer di seluruh wilayah itu (kecuali di Yerusalem Timur), serta memperluas kewarganegaraan, hukum, dan administrasi sipil Israel.
Selama dekade pertama pendudukan Israel, hanya ada sedikit perlawanan sipil terhadap otoritas Israel dan sangat sedikit dukungan di antara penduduk Palestina untuk kegiatan perlawanan.
Periode yang relatif tenang ini mulai berkurang selama akhir 1970-an dan awal 1980-an ketika Israel mulai lebih agresif membangun pemukiman.
Selama periode itu, jumlah pemukiman Israel meningkat lebih dari lima kali lipat.
Israel menganggap kepemilikan Tepi Barat sebagai hal yang vital bagi keamanannya. Dengan banyaknya pemukiman warganya, semakin mempertegas keengganan Israel untuk melepaskan kendali atas wilayah tersebut.
Baca juga: Sejarah Yerusalem (Al-Quds), Kota Suci Tiga Agama
Pada saat yang sama, kepala perwakilan politik Palestina di Tepi Barat (PLO) menolak untuk berunding dengan Israel dan tidak mau mengakui hak Israel untuk hidup sampai 1988.
Raja Hussein dari Yordania pada 1988 kemudian melepaskan semua tanggung jawab administratif untuk Tepi Barat. Dengan demikian, mereka memutuskan hubungan negaranya yang tersisa dengan daerah tersebut.
Sebagai hasil dari negosiasi Israel dan Palestina pada 1993, administrasi sipil dan militer Israel akan dibubarkan, sementara tentara Israel ditarik dari wilayah Palestina yang berpenduduk padat.
Di Tepi Barat, implementasi aktual rencana itu dimulai pada Mei 1994 dengan penarikan pasukan Israel dari kota Yerikho dan sekitarnya.
Pada 2000, Otoritas Palestina (PA) menguasai kurang dari seperlima Tepi Barat, sementara pendudukan Israel menduduki sisanya.
Tahun 2010-an ditandai dengan berlanjutnya unilateralisme di Tepi Barat. PA yang didominasi Fatah terus bekerja untuk membangun dirinya sebagai pemerintah independen di daerah perkotaan Palestina di Tepi Barat sementara Israel memperluas aktivitas pemukimannya di wilayah tersebut.
Namun, keadaan kembali memanas setelah Perdana Menteri Netanyahu berencana untuk menganeksasi wilayah Tepi Barat pada 2020.
Rencana itu pun menuai banyak kecaman dari berbagai negara, khususnya negara Arab.
Baca juga: Sejarah Jalur Gaza, Kota Strategis yang Diperebutkan
Dalam The Middle East and North Africa: A Political Geography, Alasdai Drysdale dan Gerlad H Blake mengatakan, sekitar 60-80 persen wilayah Tepi Barat merupakan lahan pertanian dengan hasil perkebunan buah-buahan dan sayuran.
Kesuburuan itu tak lepas dari keberadaan Lembah Jordan yang mencakup 25 persen dari wilayah Tepi Barat.
Seperti diketahui, sumber daya air menjadi salah satu masalah politik besar di Timur Tengah, selain minyak.
Saat ini, ada sekitar 12.000 penduduk Palestina yang hidup di sekitar Lembah Jordan dan sebagian besar bergantung pada pertanian.
Baca juga: Sejarah Singkat Ukraina
Namun, penduduk Palestina saat ini hanya mendapat manfaat sekitar 5 persen dari 50.000 tanah pertanian.
Sejak Perang 1967, populasi orang-orang Palestina di Lembah Jordan telah berkurang dari 250.000 menjadi 12.000 dari waktu ke waktu.
Sementara populasi warga Israel terus meningkat dan kini memiliki 36 permukiman dengan total polulasi 9.500 orang, dikutip dari Arab News.
Selain memiliki wilayah yang subur, Tepi Barat juga memiliki potensi industri wisata yang sangat besar, khususnya wisat sejarah di sejumlah kota, seperti Betlehem, Ramallah, dan Neblus.
Tepi Barat juga memiliki laut yang menjadi magnet besar para wisatawan, yaitu Laut Mati, titik terendah bumi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.