Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pembunuhan Karakter secara Virtual

Kompas.com - 29/12/2021, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELUM manusia mulai beradab, pembunuhan secara ragawi terhadap manusia oleh manusia belum dianggap sebagai suatu jenis kejahatan. Setelah manusia mulai beradab, pembunuhan secara ragawi oleh manusia terhadap manusia lain mulai dianggap sebagai kejahatan.  Manusia lalu membentuk apa yang disebut sebagai hukum untuk menghukum manusia yang melakukan pembunuhan secara ragawi terhadap sesama.

Pembunuhan karakter

Namun setelah peradaban mulai berkembang akibat kehadiran teknologi digital, muncul jenis pembunuhan gaya baru. Kini bukan lagi hanya ada pembunuhan ragawi tetapi ada pembunuhan karakter.

Baca juga: Waketum PAN: Wacana Jokowi Tiga Periode Sama dengan Pembunuhan Karakter

Secara virtual manusia dapat leluasa melakukan pembunuhan karakter terhadap sesama manusia. Bahkan pembunuhan karakter dapat dilakukan dalam bentuk hoaks tanpa identitas sang pembunuh.

Satu di antara sekian banyak contoh pembunuhan karakter dengan senjata hoaks adalah pembunuhan karakter yang dilakukan para pembenci Korea Utara (Korus) terhadap pimpinan Korut masa kini, Kim Yong Un.

Menjelang akhir tahun 2021 mendadak viral berita melalui jalur medsos maupun media massa yang memang anti Korut bahwa kepala negara Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) atau Korea Utara, Kim Jong Un, melarang rakyatnya tertawa selama masa berkabung mengenang Kim Jong Il.

Baca juga: 11 Hari Dilarang Tertawa dan Rekreasi, Ini Daftar Larangan di Korut Saat Peringatan Kematian Kim Jong Il

Kim Jong Il adalah pemimpin Korea Utara terdahulu dan ayah dari Kim Jong Un. Kim Jong Il meninggal dunia pada 17 Desember 2011 karena serangan jantung.

Hoaks

Berita bahwa Kim Jong Un melarang rakyat Korut tertawa jelas tidak masuk akal sehat maupun tidak sehat. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Studi Kelirumologi, tertawa merupakan hak asasi manusia yang mustahil bisa dilarang secara sempurna.

Mustahil melarang jutaan manusia, termasuk rakyat Korut, tertawa sebab tertawa bisa dilakukan secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. Bahkan tertawa bisa diempet alias dipurapurakan tidak tertawa dengan teknik tertawa di dalam hati sehingga mustahil penguasa dapat mendeteksi jika ada rakyat nekad tertawa.

Baca juga: Kaleidoskop 2021: Sederet Penyebar Hoaks Berujung Bui, Kasus Swab Test Rizieq Shihab hingga Babi Ngepet di Depok

Ketidak-benaran berita Kim Jong Un melarang rakyat Korut juga ditegaskan oleh fakta bahwa Kim Jong Un sendiri gemar tertawa.

Demikian pula Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara, Teguh Santoso membantah berita hoaks yang memang sengaja direkayasa pihak tertentu untuk membunuh karakter Kim Jong Un.

Pernyataan Sekjen PPIKU dibenarkan oleh Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta.

Pada hakikatnya berita pembunuhan karakter secara virtual bahwa Kim Jong Un melarang rakyat tertawa setara dalam kadar kehoaks-kejian dengan berita pembunuhan karakter secara virtual bahwa Joko Widodo anak tokoh PKI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com