Jihad NU untuk mengayomi kaum petani juga harus dilakukan dengan menjaga keran impor produk-produk pertanian. Permainan pebisnis kelas kakap seringkali tidak berperikemanusiaan ketika menetapkan komoditas impor, yang berdampak langsung pada stabilitas harga pangan nasional.
Petani yang fokus pada komoditas beras, jagung, bawang merah, cabai, hingga garam, seringkali tidak berdaya ketika harga panen mereka hancur karena dihantam permainan ekspor-impor para pemain kelas kakap. Kebijakan publik seolah menutup mata pada dinamika pertanian di Tanah Air.
Karena itu, pendampingan kaum petani harus benar-benar dilakukan secara kaffah atau, dari awal hingga akhir, demi masa depan peradaban umat dan bangsa Indonesia. Masa depan pertanian nasional menentukan masa depan peradaban bangsa.
Jika jihad untuk membela kaum petani hanya gimik semata, maka sama saja kita menyerahkan leher peradaban pada mesin pasar yang seringkali tidak sesuai dengan cita-cita konstitusi negara dan ajaran agama yang tertuang dalam Maqasith al-Syariah yang selama ini diajarkan para kiai kita.
Selamat bermuktamar yang ke-34 NU, semoga muncul berbagai terobosan untuk meneguhkan ikhtiar NU untuk berjihad memajukan sektor pertanian nasional dan kesejahteraan kaum petani kita. Wallahu a'lam bisshawab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.