Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB: Selfie di Lokasi Bencana Erupsi Semeru Ganggu Kerja Petugas

Kompas.com - 13/12/2021, 07:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di media sosial, beredar video yang menunjukkan sejumlah orang melakukan kegiatan foto diri atau selfie di kawasan terdampak bencana erupsi Gunung Semeru.

Seorang perempuan terlihat tengah berpose di kawasan yang tertutup abu dan perempuan yang lain bersiap menangkapnya dengan lensa kamera ponsel.

Masih dari video yang sama, di sisi yang lain, tiga orang perempuan terlihat tengah berjalan di kawasan yang sama. Bahkan, di dekatnya terlihat asap putih dari material vulkanis yang dimuntahkan Semeru masih mengepul.

Mereka mengenakan kacamata hitam, pakaian kasual, dan berjalan berdekatan,

Salah satu akun yang mengunggah video tersebut adalah Instagram @visitpronojiwo.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Lumajang (@visitpronojiwo)

Respons BNPB

Menanggapi fenomena ini, Plt Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menegaskan, hal itu sebagai tindakan yang mengganggu kinerja petugas atau relawan yang tengah bekerja.

Mereka menjadi kesulitan bergerak cepat, terlebih jika sewaktu-waktu bencana susulan terjadi.

"Tentu saja (mengganggu), karena lokasi tersebut masih rawan potensi bencana susulan. Ketika ada aktivitas (susulan) dari Semeru akan diperlukan gerak cepat untuk keluar dari lokasi. Jika banyak masyarakat di lokasi terdampak, tentu saja akan memperlambat proses tersebut," kata Abdul Muhari yang akrab disapa Aam, Minggu (12/12/2021).

Orang-orang yang datang hanya dengan tujuan berfoto dengan latar tempat lokasi terdampak bencana dinilainya tidak mendukung upaya kemanusiaan yang tengah dilakukan oleh para petugas dan relawan di sana.

"Saat ini kami masih melakukan pencarian korban hilang. Proses ini masih berlangsung. Kami harapkan dukungan semua pihak untuk membantu kelancaran proses pencarian korban tersebut, termasuk dengan tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak relevan dengan upaya pencarian korban," jelas dia.

Terkait potensi bencana susulan, keberadaan masyarakat di lokasi terdampak bencana dengan kepentingan di luar misi kemanusiaan justru akan menambah potensi jatuhnya korban tambahan.

Imbauan BNPB

Oleh karena itu, BNPB mengimbau siapa pun yang tidak berkepentingan agar tidak mendekat atau berada di lokasi bencana.

"Kami mengimbau kesadaran dan empati dari masyarakat agar tidak datang dulu ke lokasi terdampak awan panas guguran. Empati kepada korban, ini aspek sosial yang benar-benar harus kita perhatikan bersama," ujar Aam.

 Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Mengapa Banyak Warga Selfie di Lokasi Bencana?

Dari sisi perilaku manusia, psikolog melihat kegiatan selfie di tempat bencana atau bahaya sebagai suatu upaya manusia untuk menunjukkan eksistensinya.

Pada Desember 2018, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Koentjoro mengatakan, masyarakat tak lagi peduli kondisi di sekitarnya karena mereka lebih mementingkan mendapatkan momentum berfoto yang mungkin tidak akan ditemui untuk kedua kalinya.

"Momen menjadi penting. Setiap kali ada momen, orang selfie. Bahkan momen itu dicari dan diciptakan sehingga nyawa menjadi taruhannya," kata Koentjoro.

Selain itu, lokasi bencana atau lokasi lain yang sesungguhnya berbahaya dipandang dapat menjadi wahana selfie baru yang menyajikan pemandangan berbeda dari foto lain yang diambil di lokasi yang terbilang normal.

"Lihat kasus meninggal jatuh di kawah Merapi (2015). Dibuat lah 'panggung' untuk selfie," ujar Koentjoro.

Baca juga: Selfie di Lokasi Bencana, Beri Simpati atau Pencarian Eksistensi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com