Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Setelah Omicron, Apa Lagi?

Kompas.com - 05/12/2021, 14:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI insan awam dan jelata, saya semula menduga wabah yang merajalela pada awal bulan Februari 2020, adalah wabah flu biasa yang sudah rutin merajalela.

Namun setelah mulai merambah lalu merajalela di Indonesia, barulah saya sadar bukan virus biasa, tetapi virus luar biasa yang disebut sebagai Corona.

Nama

Setelah tanpa bisa membuktikan ada-tidaknya virus, saya membiasakan diri dengan pagebluk virus yang disebut Corona, mendadak Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, bilang bahwa virus jahanam itu berasal dari Wuhan, China.

Maka virus itu disebut sebagai virus China.

Nama bikinan Donald Trump ditolak keras oleh Xi Yinping dengan tudingan bahwa virus mulai merajalela di Wuhan setelah dibawa oleh anggota militer Amerika Serikat ke China ketika ikut serta olimpiade militer di China.

Maka sang virus lebih pantas disebut sebagai virus Amerika Serikat.

Sebenarnya saya berusaha tetap bertahan pada sebutan virus Corona, meski para ilmuwan biomolekular menyatakan virus Corona telah nemutasikan diri sebagai varian baru, yang disebut sebagai Covid dengan embel-embel angka 19 di belakangnya.

Meski WHO mengganti nama Corona menjadi Covid-19, namun saya sudah terlanjur nyaman dengan sebutan Corona ketimbang Covid-19.

Seperti saya sudah terlanjur nyaman dengan sebutan China ketimbang Tionghoa atau Tiongkok.

Menjelang akhir tahun 2021, mendadak muncul gelombang ke tiga atau entah ke berapa pagebluk baru.

Konon berasal bukan dari China, tetapi Afrika lalu merambah ke Eropa. Kemudian memperoleh gelar nama yang dianggap lebih keren ketimbang Covid-19, apalagi Corona, yaitu Delta.

Bahkan kemudian menyusul Omicron.

Ternyata virus tidak mau ketinggalan latah gerakan ganti nama seperti gerakan ganti nama jenis ponsel.

Preventif dan promotif

Secara bingungologis, saya tidak ingin menghanyutkan diri ke pergantian nama virus yang membingungkan akibat terus menerus berubah namanya.

Saya yang lemot-pikir kewalahan dalam berupaya mengikutinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Tren
Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Tren
Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Tren
Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Tren
Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

BrandzView
Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Tren
KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

Tren
Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa '1.000 Persen' dan Umrah Tiap Saat

Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa "1.000 Persen" dan Umrah Tiap Saat

Tren
Mengenal Penyakit Multiple Sclerosis, Berikut Gejala dan Penyebabnya

Mengenal Penyakit Multiple Sclerosis, Berikut Gejala dan Penyebabnya

Tren
Kenali Perbedaan SIM C, SIM C1, dan SIM C2

Kenali Perbedaan SIM C, SIM C1, dan SIM C2

Tren
Apakah Dana Tapera Bisa Dicairkan? Ini Mekanisme dan Syaratnya

Apakah Dana Tapera Bisa Dicairkan? Ini Mekanisme dan Syaratnya

Tren
SYL Beri Nayunda Nabila Kalung Emas dan Tas Mewah Pakai Uang Kementan

SYL Beri Nayunda Nabila Kalung Emas dan Tas Mewah Pakai Uang Kementan

Tren
Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri, Kok Bisa?

Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri, Kok Bisa?

Tren
Kerugian Negara akibat Korupsi Timah Capai Rp 300 T, Ini Rinciannya

Kerugian Negara akibat Korupsi Timah Capai Rp 300 T, Ini Rinciannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com