Akan tetapi, pendapat berbeda diungkapkan oleh YouTuber Chris Burton, yang menjalankan channel Half-Asleep Chris.
Kanal tersebut berisi video kegiatan Chris ketika ia ambil bagian dalam proyek-proyek positif, seperti memungut sampah atau membuat trek Lego raksasa.
Chris mengatakan, tampilan jumlah dislikes bisa sangat membantu bagi pengguna YouTube untuk terhindar dari konten-konten yang bersifat clickbait.
"Anda ingin segera mengetahui seberapa bagus videonya, sebelum Anda menontonnya," kata pria 27 tahun dari Hampshire itu.
"Sering kali, Anda tidak dapat mempercayai judul atau thumbnail. Jika Anda melihat video tutorial dan mendapat banyak dislikes, Anda tahu itu tidak akan membantu Anda," ujar Chris.
Chris mengatakan, ia sulit melihat bagaimana kebijakan YouTube ini dapat melindunginya dari stres, karena ia masih bisa melihat total dislikes yang ia terima sebagai kreator.
Menurut Chris, kebijakan ini memang menghilangkan aspek intimidatif dari serangan dislikes atau dislikes bombing.
Akan tetapi, menurut dia, mayoritas pengguna YouTube tidak melihat tombol dislikes sebagai cara untuk menjatuhkan kreator.
"Saya tidak berpikir itu cara 99 persen orang menggunakan tombol dislikes," kata Chris.
Chris mengungkapkan, ia merasa sudah cukup puas dengan alat atau fitur yang sudah disediakan YouTube untuk menghentikan bullying online.
"Itu sudah otomatis memblokir banyak ujaran kebencian, dan menurut saya fantastis. Fitur tersebut membuat komentar harus ditinjau, dan tidak akan ditayangkan kecuali saya mengekliknya secara manual," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.