Andi mengatakan, untuk daerah yang terletak di garis khatulistiwa seperti Bonjol, Sumatera Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat, Hari Tanpa Bayangan akan bertepatan dengan Ekuinoks September.
Menurut Andi, fenomena ini sering disebut sebagai Kulminasi Matahari.
"Secara singkat Ekuinoks adalah ketika Matahari berada di atas garis khatulistiwa," jelas Andi.
"Di saat inilah Matahari akan terbit nyaris tepat di Timur dan terbenam nyaris tepat di Barat," katanya melanjutkan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Sriwijaya Air Tabrak 3 Orang Petani Sayur di Jambi
Ia mengatakan, ketika tengah hari, matahari akan condong sesuai dengan lintang geografis pengamat.
"Jika pengamat di khatulistiwa, Matahari akan tepat di atas kepala. Jika pengamat di lintang 6°LS, maka Matahari berjarak 6° sebelah Utara titik Zenit. Jika pengamat di lintang 6°LU, naka Matahari berjarak 6° sebelah Selatan titik Zenit," kata Andi.
Andi mengatakan, meskipun bernama ekuinoks (equinox: equus → sama ; nox/noctis → malam) tetapi, panjang siang dan malam tidak benar-benar sama.
"Hal ini karena pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi menyebabkan Matahari akan terbit sedikit lebih awal dan terbenam sedikit lebih terlambat jika dibandingkan dengan ketika Bumi tidak beratmosfer (sinar Matahari tidak mengalami pembiasan atmsofer)" kata Andi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.