KOMPAS.com - Beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami fenomena unik Hari Tanpa Bayangan pada 6 September 2021.
Peneliti Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Andi Pangerang menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan adalah waktu ketika matahari berada tepat di atas kepala ketika tengah hari.
"Ketika deklinasi matahari (jarak dari ekuator ke posisi matahari ketika tengah hari) bernilai sama dengan lintang geografis pengamat, maka matahari akan tepat di atas kepala kita ketika tengah hari sehingga bayangannya menjadi tidak ada," jelas Andi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/9/2021).
Dimulai dari Aceh
Andi mengatakan, Hari Tanpa Bayangan akan dimulai dari kota Sabang, Aceh pada 6 September 2021.
"Tiap kota berbeda-beda hari tanpa bayangannya bergantng dari letak geografis pengamat," ujar Andi.
Pihaknya menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan berakhir di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 21 Oktober 2021.
Sedangkan untuk pulau Jawa sendiri waktu puncaknya antara tanggal 8-14 Oktober 2021.
Ia menambahkan, jadwal lengkap Hari Tanpa Bayangan dapat disimak di website berikut ini http://edukasi.sains.lapan.go.id/.
Jadwal Hari Tanpa Bayangan di Indonesia
Sumatera
Jawa dan Madura
Kalimantan
Jadwal Fenomena Hari Tanpa Bayangan
Bali dan Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku dan Papua
Bertepatan dengan Ekuinoks September
Andi mengatakan, untuk daerah yang terletak di garis khatulistiwa seperti Bonjol, Sumatera Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat, Hari Tanpa Bayangan akan bertepatan dengan Ekuinoks September.
Menurut Andi, fenomena ini sering disebut sebagai Kulminasi Matahari.
"Secara singkat Ekuinoks adalah ketika Matahari berada di atas garis khatulistiwa," jelas Andi.
"Di saat inilah Matahari akan terbit nyaris tepat di Timur dan terbenam nyaris tepat di Barat," katanya melanjutkan.
Ia mengatakan, ketika tengah hari, matahari akan condong sesuai dengan lintang geografis pengamat.
"Jika pengamat di khatulistiwa, Matahari akan tepat di atas kepala. Jika pengamat di lintang 6°LS, maka Matahari berjarak 6° sebelah Utara titik Zenit. Jika pengamat di lintang 6°LU, naka Matahari berjarak 6° sebelah Selatan titik Zenit," kata Andi.
Andi mengatakan, meskipun bernama ekuinoks (equinox: equus → sama ; nox/noctis → malam) tetapi, panjang siang dan malam tidak benar-benar sama.
"Hal ini karena pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi menyebabkan Matahari akan terbit sedikit lebih awal dan terbenam sedikit lebih terlambat jika dibandingkan dengan ketika Bumi tidak beratmosfer (sinar Matahari tidak mengalami pembiasan atmsofer)" kata Andi.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/05/163000665/besok-hari-tanpa-bayangan-ini-jadwal-dan-lokasi-untuk-mengamati