Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Vaksin Tetap Perlu meski Tubuh Punya Antibodi Alami

Kompas.com - 01/09/2021, 07:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

"Sembarang variannya, sembarang jumlah virusnya, sembarang waktunya, sembarang orangnya, dan sembarang efeknya. Mulai dari tanpa gejala, ringan, sedang, berat, kritis, bahkan meninggal," jelas Tonang.

Hal tersebut berbeda dengan vaksinasi yang merupakan suatu proses yang terukur, seragam, serta ada antisipasi terhadap reaksi pasca-suntikan.

"Vaksinasi itu seragam dosisnya. Sama isi varian-variannya pada jenis vaksin yang sama. Bisa disiapkan waktunya sehingga ada persiapan fisik. Ada penentuan tahapan siapa penerimanya dari yang paling berisiko. Antisipasi reaksi pasca-suntikan bisa dilakukan. Ada pemantauan juga," kata Tonang.

Baca juga: Sudah Vaksin, Bagaimana jika Saat Hari H SKD CPNS Sertifikat Vaksin Belum Ada di PeduliLindungi?

Beda antibodi setelah infeksi dan vaksinasi

Tonang mengatakan, kekuatan antibodi yang dihasilkan pasca-infeksi Covid-19 ditentukan oleh dua hal, yakni jumlah virus yang masuk dan kekuatan respons tubuh.

Maka, kekuatan antibodi pasca-infeksi bervariasi antar orang.

Sementara itu, karena sifatnya yang seragam, maka kekuatan antibodi pasca-vaksinasi juga cenderung seragam.

"Kalau soal jumlah, rata-rata antibodi pasca-vaksinasi adalah sedang ke tinggi," jelas Tonang.

"Kalau pasca-infeksi lebih variatif lagi. Ada yang tinggi sekali, ada yang sedang, ada yang rendah sekali," tandas dia.

Kendati sama-sama menghasilkan antibodi, akan tetapi Tonang menjelaskan, ada kekurangan dari antibodi yang diperoleh setelah terinfeksi Covid-19.

"Antibodi pasca-infeksi itu, cenderung hanya untuk satu varian yang menginfeksi saat itu. Sedangkan antibodi pasca-vaksinasi, berusaha merangkum sebanyak mungkin varian yang sudah diketahui saat vaksin diproduksi," kata Tonang.

Menurut Tonang, antibodi harus bersifat sespesifik mungkin, sehingga kekuatannya fokus.

"Ketika terinfeksi varian X, maka antibodi Covid-19 kita spesifik untuk varian X. Ketika terinfeksi varian Y, berarti untuk varian Y," kata Tonang.

"Pada vaksinasi, terangkum beberapa varian. Maka antibodi yang dibentuk juga beberapa varian," tutur dia.

Hal ini juga yang kemudian mendasari orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 harus tetap mendapatkan vaksin setelah pulih.

"Agar jenis antibodinya makin lengkap. Tidak hanya satu-dua varian. Mencakup varian yang mungkin belum masuk dalam data antibodi hasil infeksi," kata Tonang.

Baca juga: Aturan dan Wilayah PPKM Level 4 dan 3 Berlaku 31 Agustus-6 September

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Seluruh Bagian Pesawat Hangus Terbakar, Harapan Presiden Iran Selamat Sangat Tipis

Seluruh Bagian Pesawat Hangus Terbakar, Harapan Presiden Iran Selamat Sangat Tipis

Tren
Ramai soal Pembalut Wanita Bekas Dicuci atau Langsung Dibuang, Ini Kata Dokter

Ramai soal Pembalut Wanita Bekas Dicuci atau Langsung Dibuang, Ini Kata Dokter

Tren
Helikopter yang Membawa Presiden Iran Ditemukan, Seluruh Bagian Hangus Terbakar

Helikopter yang Membawa Presiden Iran Ditemukan, Seluruh Bagian Hangus Terbakar

Tren
Benarkah Pembangunan Tol Jadi Solusi Jalanan Rawan Longsor di Sumatera Barat?

Benarkah Pembangunan Tol Jadi Solusi Jalanan Rawan Longsor di Sumatera Barat?

Tren
6 Fakta Pesawat Latih Jatuh di BSD, Sempat Hilang Kontak

6 Fakta Pesawat Latih Jatuh di BSD, Sempat Hilang Kontak

Tren
Cerita Perempuan di Surabaya, 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi

Cerita Perempuan di Surabaya, 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi

Tren
Ucapan dan Twibbon Hari Kebangkitan Nasional 2024

Ucapan dan Twibbon Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
Polisi Ungkap Kronologi Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangerang Selatan

Polisi Ungkap Kronologi Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangerang Selatan

Tren
Kasus Covid-19 di Singapura Naik Nyaris 2 Kali Lipat, Diproyeksi Meledak Juni 2024

Kasus Covid-19 di Singapura Naik Nyaris 2 Kali Lipat, Diproyeksi Meledak Juni 2024

Tren
Helikopter yang Bawa Presiden Iran Jatuh, Pencarian Masih Berlanjut

Helikopter yang Bawa Presiden Iran Jatuh, Pencarian Masih Berlanjut

Tren
Alasan Tidak Boleh Minum Teh Saat Perut Kosong, Ini yang Akan Terjadi

Alasan Tidak Boleh Minum Teh Saat Perut Kosong, Ini yang Akan Terjadi

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 20-21 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 20-21 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2024, Pesawat Jatuh di BSD

[POPULER TREN] Daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2024, Pesawat Jatuh di BSD

Tren
Warga Jabar jadi Pengguna Pinjol Terbanyak di Indonesia, Ekonom Soroti Persib Gandeng Sponsor Pinjol

Warga Jabar jadi Pengguna Pinjol Terbanyak di Indonesia, Ekonom Soroti Persib Gandeng Sponsor Pinjol

Tren
Starlink Milik Elon Musk Resmi Beroperasi di Indonesia, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Starlink Milik Elon Musk Resmi Beroperasi di Indonesia, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com