Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Ungkap Asal Usul Covid-19 Hampir Tertutup, Lalu Bagaimana Selanjutnya?

Kompas.com - 28/08/2021, 10:20 WIB
Farid Assifa

Penulis

Selanjutnya, tim juga menyarankan untuk melakukan riset fase 2 soal asal usul Covid-19. Akan tetapi usulan ditolak oleh pemerintah China.

"Dalam beberapa aspek, rencana WHO untuk fase penyelidikan selanjutnya terkait asal usul vrus corona tidak menghormati akal sehat, dan itu bertentangan dengan sains. Kami tidak mungkin menerima rencana seperti itu," kata Zeng Yixin, kepala deputi Komisi Kesehatan Nasional China, dalam konferensi pers di Beijing sebagaimana dikutip CNN pada 21 Juli 2021.

Apa yang harus dilakukan selanjutnya?

Kendati belum menemukan secara pasti asal usul Covid-19, namun Koopmans mengatakan bahwa para peneliti menyimpulkan bahwa virus itu kemungkinan besar berasal dari kelelawar yang diternak.

Hewan ternak, atau barangkali spesies liar di peternakan bulu, menjadi "inang perantara" antara kelelawar dan manusia.

Ini artinya bahwa virus tersebut berasal dari hewan secara alami, dan "bukan virus yang dimanipulasi atau dibuat".

Kesimpulan sementara ini kemudian menyebabkan sejumlah ilmuwan dan komentator mengatakan bahwa "teori kebocoran lab" sudah terbantahkan.

Meski ada bukti kuat bahwa virus itu berasal dari kelelawar, namun ada pertanyaan penting yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut, yakni bagaimana virus kelelawar menyebabkan pandemi hingga mengakibatkan kematian dan kekacauan ekonomi global?

Ia menyatakan akan mencoba menyelidikinya. Namun ia tidak bisa menjamin bahwa penyelidikan itu akan berhasil.

Kendati demikian, kata Koopmans, ada yang bisa dipelajari dari "kesimpulan sementara" penelitian itu, yakni bagaimana kita bisa mengenali mana yang benar-benar "kuman jahat" dari kelelawar itu.

"Ada berbagai macam (virus kelelawar), jadi mana yang benar-benar berisiko tinggi. Dan bagaimana kita bisa mengenalinya?" kata Koopmans.

Baca juga: Intelijen AS Masih Bingung Soal Asal-usul Covid-19

Koopmans mengatakan bahwa risiko pandemi kian tinggi. Semua orang harus berusaha untuk menghindarinya.

"Karena cara dunia berubah - peningkatan populasi, kepadatan, dan lebih banyak interaksi antara manusia dan hewan, kita perlu belajar di mana ada kesalahan dan bagaimana kita bisa menghindarinya di masa depan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com