Mengutip Japan Times, 12 Agustus 2020, saat pesawat mencapai 7.300 meter (24.000 kaki), terjadi ledakan.
Sebagian besar ekornya patah, memutuskan keempat saluran hidrolik yang akan memengaruhi kapasitas pesawat untuk mengarahkan.
Kapten Masami Takahama, seorang pilot berpengalaman, berusaha menerbangkan pesawat yang semakin tidak terkendali kembali ke Haneda, tetapi tidak berhasil.
Pesawat itu menabrak Osutaka Ridge di selatan Prefektur Gunma, menewaskan 520 dari 524 penumpang.
Pada 1987, sebuah badan investigasi Pemerintah Jepang menyimpulkan, kecelakaan itu disebabkan oleh perbaikan yang tidak benar yang dilakukan oleh Boeing Co., pembuat pesawat, pada sekat tekanan, yang tidak terdeteksi oleh JAL dalam pemeriksaan perawatannya.
Di negara yang telah mengalami banyak bencana, jatuhnya JAL 123 telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan.
Profesor Christopher Hood dari Universitas Cardiff, yang telah melakukan penelitian ekstensif tentang kecelakaan JAL 123 dan memberi kuliah tentang simbolisme dan identitas di Jepang, menjelaskan dampaknya.
“Kecelakaan ini adalah Titanic milik Jepang dan dunia penerbangan,” kata Profesor Christopher Hood.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Misteri Hilangnya Kapal SS Waratah 27 Juli 1909
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.