Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Menjawab Tantangan Kepemimpinan di Saat Pandemi

Kompas.com - 30/05/2021, 14:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PANDEMI menyerang dan semua sektor dituntut untuk berubah. Seperti itulah tren yang terjadi saat ini.

Banyak hal yang berubah ketika COVID-19 menyerang dan tak ada yang mengetahui kapan ini selesai. Apalagi muncul varian baru COVID-19 tentu membuat semua masyarakat waspada.

Menyadari fenomena tersebut, satu-satunya hal mutlak adalah bahwa perubahan adalah konstan

Lantas, apa artinya ini bagi pemimpin?

Praktik kepemimpinan saat ini dan sebelumnya pasti berbeda. Kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan penerapan protokol kesehatan mengharuskan pemimpin mengadaptasi sebuah gaya baru dalam mengawal organisasi keluar dari situasi pelik.

Tentu, jika kita bandingkan praktek kepemimpinan sebelum COVID-19 dan saat ini, ada perbedaan dalam hal pola komunikasi dan cara kerja.

Digitalisasi jadi solusi utama

Lalu, yang menjadi salah satu dampak yang penulis rasa positif adalah digitalisasi dalam bekerja. Ken Wong, Presiden Lenovo di Asia Pasifik, dikutip dari infokomputer, mengatakan bahwa “Covid-19 menjadi katalis bagi banyak perusahaan untuk mempercepat transformasi digital”.

Kata kuncinya di sini adalah transformasi digital. COVID-19 mendorong banyak organisasi untuk menerapkan cara kerja digital agar mampu bertahan. Seperti yang Charles Darwin katakan, yang bertahan hidup adalah yang mampu beradaptasi.

Satu contoh yang menjadi rujukan adalah masifnya telemedicine di Indonesia. Good Doctor, platform pelayanan kesehatan mencatat, transaksi layanan kesehatan jarak jauh meningkat delapan hingga 10 kali lipat atau 900 persen selama pandemi 2020.

Masyarakat tidak bisa berinteraksi dalam jarak dekat dan masih ada ketakutan apakah COVID-19 menulari mereka atau tidak. Sehingga, telemedicine menjadi opsi yang bisa menawarkan solusi di tengah pandemi. Masyarakat terlayani dengan baik dan dokter dapat menjangkau masyarakat lebih luas.

Ini pun juga selaras dengan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2021 dari We Are Social dan Hootsuite, pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta, meningkat 27,2 juta dari tahun sebelumnya, yakni 175,4 juta.

Ini berarti, pandemi membuat masyarakat melakukan migrasi kegiatan dari dunia nyata ke dunia digital. Dan data ini menyimpulkan adanya kebutuhan teknologi yang besar. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi-bisnis, ada potensi market yang besar yang bisa diubah menjadi keuntungan.

Hampir semua perusahaan saat pandemi mengubah pola komunikasinya di mana mereka membuka beberapa saluran komunikasi, baik itu digital maupun tradisional.

Perusahaan tersebut di satu sisi menerapkan digitalisasi, tetapi di sisi lain masih mempertahankan saluran komunikasi konvensional dengan para pelanggannya.

Artinya, COVID-19 juga memperluas saluran komunikasi bagi konsumen yang ingin digital dan mereka yang masih mau bertemu secara langsung. COVID-19 membuat perusahaan harus mampu menguasai segala lini saluran komunikasi.

Hal ini juga diadaptasi oleh ribuan perguruan tinggi diseluruh Indonesia, salah satunya adalah Institut Komunikasi dan Bisnis (London School of Public Relation - LSPR) yang berhasil mengadakan lebih dari 200 kegiatan online kemahasiswaan sepanjang tahun 2020 hingga 2021. Ini membuktikan pandemi tidak menghalangi produktivitas mahasiswa/i untuk terus produktif berkarya.

Pemimpin juga wajib menguasai beragam saluran komunikasi, khususnya di saluran digital. Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications Astra International Tbk, menyatakan bahwa di Astra mereka meningkatkan saluran komunikasi digital sebagai sarana komunikasi yang efektif.

Bahkan, Andy Saladdin dari SSS Communications mengatakan, lebih baik over communicated di masa ini agar semuanya berjalan lancar.

Tidak hanya soal saluran komunikasi semata, instruksi yang jelas juga perlu diutarakan agar anggota punya kejelasan terkait apa yang harus dilakukan.

Achmad Aditya dari Unilever Indonesia menambahkan bahwa karena anggota dituntut bekerja secara independen, pemimpin diharapkan memberikan kerangka besar umum dan tujuan akhirnya. Jika ini sudah jelas, maka tim dituntut untuk kreatif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com