Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TREN] Mengenal Kapal MV Smift, Rescue Singapura yang Temukan KRI Nanggala | Kondisi Tak Terkendali di India akibat Covid-19

Kompas.com - 27/04/2021, 06:05 WIB
Sari Hardiyanto

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah pemberitaan menghiasi laman Tren sepanjang Senin (26/4/2021).

Informasi seputar tenggelamnya KRI Nanggala-402 dan situasi yang tidak terkendali di India akibat Covid-19 menyedot perhatian publik.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan seluruh awak kapal KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 prajurit gugur.

Hal itu setelah ditemukan bukti-bukti bagian badan kapal, termasuk baju keselamatan awak kapal MK 11.

Beralih ke India, gelombang kedua Covid-19 di India disebutkan seperti Perang Dingin II. Banyaknya kasus Covid-19 membuat fasilitas kesehatan membeludak. 

Berikut berita terpopuler Tren sepanjang Senin (26/4/2021) hingga Selasa (27/4/2021) pagi:

1. Mengenal kapal MV Swift Rescue Singapura yang temukan KRI Nanggala

Tenggelamnya kapal selam milik Indonesia KRI Nanggala-402 menyedot perhatian luas, bahkan dunia.

Sejumlah negara pun menawarkan bantuan untuk proses pencarian kapal selam buatan Jerman tersebut.

Singapura mengirimkan kapal MV Swift Rescue yang tiba di perairan utara Bali pada Minggu, 25 April 2021.

Mereka berhasil mendapatkan citra kamera dan menemukan posisi KRI Nanggala-402 yang tenggelam di kedalaman 838 meter.

Lantas seperti apa kecanggihan kapal RV Swift Rescue milik Singapura tersebut?

Informasi selengkapnya dapat disimak di berita berikut:

Mengenal Kapal Swift Rescue Singapura yang Temukan KRI Nanggala-402

2. Hal yang perlu diwaspadai agar tak terjadi tsunami Covid-19

Seorang anggota keluarga memakai alat pelindung diri (APD) di sebelah jenazah seorang wanita, yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (Covid-19) sebelum dikremasi, di krematorium, New Delhi, India, Sabtu (24/4/2021).ANTARA FOTO/REUTERS/ADNAN ABIDI Seorang anggota keluarga memakai alat pelindung diri (APD) di sebelah jenazah seorang wanita, yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (Covid-19) sebelum dikremasi, di krematorium, New Delhi, India, Sabtu (24/4/2021).

Situasi mencekam terjadi di India setelah serangan gelombang kedua pandemi Covid-19.

Negara itu melaporkan rekor dunia kasus infeksi Covid-19 harian selama empat hari berturut turut.

Terbaru, India mengonfirmasi 349.691 kasus pada Minggu (25/4/2021) dengan 2.767 kematian baru.

Kondisi itu membuat banyak rumah sakit kehabisan oksigen dan tempat tidur.

Bahkan gambaran di India disebutkan seperti Perang Dingin II.

Lantas, apa yang perlu diwaspadai agar tak terjadi tsunami Covid-19 seperti di India?

Informasi selengkapnya dapat disimak di berita berikut:

Berkaca dari India, Apa yang Perlu Diwaspadai agar Tak Terjadi "Tsunami" Covid-19

3. Gambaran kengerian tsunami Covid-19 di India

Petugas kesehatan dan kerabat membawa jenazah korban COVID-19 untuk dikremasi di sebuah krematorium di Jammu, India, Jumat, 23 April 2021. AP PHOTO/CHANNI ANAND Petugas kesehatan dan kerabat membawa jenazah korban COVID-19 untuk dikremasi di sebuah krematorium di Jammu, India, Jumat, 23 April 2021.

India dihantam kengerian dengan lonjakan kasus Covid-19.

Peningkatan kasus corona di India, lima hari hingga Senin (26/4/2021), mencetak rekor tertinggi dunia.

Dikutip dari CNA, terdapat 352.991 kasus baru dalam satu hari terakhir, sehingga kasus total di India telah melampaui 17 juta.

Angka kematian akibat Covid-19 juga melonjak 2.812 kasus menjadi total 195.123 kasus.

Informasi selengkapnya terkait kondisi di India dapat disimak di berita berikut:

Gambaran Kengerian "Tsunami" Covid-19 yang Hantam India

4. KRI Nanggala-402 dan proses menjadi awak kapal selam

Prajurit TNI AL melintas disamping bendera merah putih yang dikibarkan setengah tiang di dek KRI dr Soeharso-990 ketika sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (25/4/2021). TNI AL mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang gugur di perairan Bali dan bendera setengah tiang tersebut akan dikibarkan selama 7 hari. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/hp.ANTARA FOTO/Zabur Karuru Prajurit TNI AL melintas disamping bendera merah putih yang dikibarkan setengah tiang di dek KRI dr Soeharso-990 ketika sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (25/4/2021). TNI AL mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang gugur di perairan Bali dan bendera setengah tiang tersebut akan dikibarkan selama 7 hari. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/hp.

KRI Nanggala-402 telah dinyatakan tenggelam atau isyarat subsunk di perairan laut utara Bali, pada Sabtu (24/4/2021) sore.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan seluruh awak kapal KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 prajurit gugur.

Hal itu setelah ditemukan bukti-bukti bagian badan kapal, meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal MK 11.

Tenggelamnya KRI Nanggala-402 diawali ketika kapal selam buatan Jerman ini mengikuti latihan penembakan senjata strategis TNI AL 2021.

Sesuai rencana, kapal selam yang mengangkut 53 personel itu hendak melakukan latihan tembak torpedo kepala perang, pada Rabu (22/4/2021) dini hari.

Lantas, bagaimana perjalanan seseorang agar bisa menjadi awak kapal selam?

Informasi selengkapnya dapat disimak di berita berikut:

KRI Nanggala-402, Awak Kapal Selam, hingga Kemampuan "Sea and Jungle Survival"

5. Kondisi tak terkendali di India akibat Covid-19

Foto pada 23 April 2021 menunjukkan tim medis membawa pasien setelah kebakaran di Rumah Sakit Covid-19 Vijay Vallabh di Virar, dekat Mumbai, India. Saat ini, India berjibaku melawan gelombang kedua virus corona yang begitu cepat penularannya.AP PHOTO/Rajanish Kakade Foto pada 23 April 2021 menunjukkan tim medis membawa pasien setelah kebakaran di Rumah Sakit Covid-19 Vijay Vallabh di Virar, dekat Mumbai, India. Saat ini, India berjibaku melawan gelombang kedua virus corona yang begitu cepat penularannya.

India menjadi sorotan dunia karena kondisi yang disebutkan tak terkendali akibat serangan gelombang kedua Covid-19.

Lonjakan kasus Covid-19 membuat kebutuhan layanan kesehatan membeludak. Dokter dan tenaga kesehatan disebutkan kewalahan.

Mereka bahkan menyebutkan kondisi di India seperti Perang Dingin II.

Perang yang lebih mematikan dibanding yang pertama, meski sebenarnya bisa dicegah.

Informasi selengkapnya dapat disimak di berita berikut:

Situasi India Saat Ini: Orang-orang Sekarat, Kondisi Tak Terkendali...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Cek Sertifikat Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

Tren
Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Tren
Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Tren
Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Tren
12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

Tren
Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di 'Gerbang Cinta' Masjid Nabawi

Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di "Gerbang Cinta" Masjid Nabawi

Tren
Jarang Disadari, Ini Efek Samping Vitamin C jika Dikonsumsi Berlebihan

Jarang Disadari, Ini Efek Samping Vitamin C jika Dikonsumsi Berlebihan

Tren
3 Perbedaan People Water's Forum dan World Water Forum, Sama-sama Digelar di Bali Tahun Ini

3 Perbedaan People Water's Forum dan World Water Forum, Sama-sama Digelar di Bali Tahun Ini

Tren
450 Bus Shalawat Siap Antar Jemaah Haji di Mekkah, Ini 22 Rutenya

450 Bus Shalawat Siap Antar Jemaah Haji di Mekkah, Ini 22 Rutenya

Tren
Starlink Resmi Diluncurkan di Indonesia, Pakar Ingatkan Potensi Ancaman Siber

Starlink Resmi Diluncurkan di Indonesia, Pakar Ingatkan Potensi Ancaman Siber

Tren
Tas Berisi Uang Rp 15 Juta Milik Jemaah Haji Indonesia Hilang di Masjid Nabawi, Ditemukan TKW

Tas Berisi Uang Rp 15 Juta Milik Jemaah Haji Indonesia Hilang di Masjid Nabawi, Ditemukan TKW

Tren
Daftar Gangguan Mental yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Daftar Gangguan Mental yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cara Menulis Teks Miring atau Italic di Chat WhatsApp

Cara Menulis Teks Miring atau Italic di Chat WhatsApp

Tren
Alasan Nomor SIM Diganti NIK KTP, Berlaku Mulai 2025

Alasan Nomor SIM Diganti NIK KTP, Berlaku Mulai 2025

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com