Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi India Saat Ini: Orang-orang Sekarat, Kondisi Tak Terkendali...

Kompas.com - 26/04/2021, 13:40 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - India tengah jadi sorotan dunia karena mengalami gelombang kasus Covid-19 parah dalam beberapa pekan terakhir. 

Tercatat, pada Kamis (22/4/2021), India melaporkan kasus harian Covid-19 sebanyak 314.835 kasus.

Lonjakan ini tentu membuat kebutuhan layanan kesehatan membeludak. Dokter dan tenaga kesehatan kewalahan.

Inilah kesaksian para dokter di India yang berjuang melawan tsunami Covid-19.

Baca juga: Mengapa Krisis Covid-19 India Jadi Masalah Mengerikan bagi Dunia

Kondisi di Rajkot

Rajkot merupakan salah satu kota yang disebut-sebut paling parah terkena dampak pandemi gelombang kedua di India.

Melansir Straits Times, Minggu (25/4/2021), saat koran lokal mengabarkan 285 orang yang meninggal karena Covid-19 minggu lalu, seorang spesialis perawatan intensif di sebuah rumah sakit swasta di Rajkot, Dr. Vivek Jivani mengatakan bahwa 3 dari mereka adalah pasiennya.

Untuk menahan ketidakberdayaan dan kecemasan, Jivani menyediakan waktu untuk doa 10 menit setiap pagi.

"Orang-orang sekarat karena keadaan yang tidak dapat saya kendalikan, tetapi tetap saja, setiap kali pasien meninggal di jam tangan saya, saya berkata pada diri sendiri, berusaha lebih keras untuk orang berikutnya," kata Dr Jivani. 

Seperti Perang Dunia II

Profesional medis di seluruh India menyebutkan kata yang berulang ketika bicara tentang gelombang kedua Covid-19 di India.

Kata itu ialah kewalahan, marah, mengantuk, lapar, kelelahan, takut, mati rasa, tidak berdaya dan yang paling penting, lelah.

Baca juga: Covid-19 di India, Benarkah Mutasi Virus Corona Tak Terdeteksi PCR?

Ahli paru di Rumah Sakit Lilavati di Mumbai, Dr Jalil Parkar mengatakan bahwa tidak seperti gelombang pertama, dokter sekarang sudah mengetahui sifat Covid-19, tetapi berbeda.

"Volume yang sangat besar, mutasi, kecepatan kerusakan pasien yang sesak napas, ketakutan yang luar biasa di sekeliling, dan sumber daya kita yang terbatas membunuh kita," katanya.

Ia menyebut gelombang kedua ini seperti Perang Dunia II. Perang yang lebih mematikan dibanding yang pertama, meski sebenarnya lebih bisa dicegah.

Abai protokol

Ketika infeksi mereda pada Desember 2020, politisi dan warga dinilai mengendurkan kewaspadaan.

Mereka melepas masker dan tidak menjaga jarak. Kerumunan massa memadati berbagai kegiatan, seperti demonstrasi politik, festival keagamaan selama sebulan, dan pernikahan mewah.

Dr Parkar mengatakan inilah yang membuat virus corona jadi merajarela di seluruh India.

Baca juga: Varian Virus Corona di India Disebut Bisa Lolos Tes PCR, Ini Kata Epidemiolog

Dokter bekerja 18 jam sehari

India sekarang mencatat sekitar 347.000 infeksi baru setiap hari. Sistem kesehatan bertekuk lutut. Ada lebih dari 2.500 orang meninggal setiap hari.

Ibukota New Delhi, yang merupakan wilayah dengan kondisi terburuk, mencatat 24.331 kasus harian dan 348 kematian pada Jumat (23/4/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com