Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi India Saat Ini: Orang-orang Sekarat, Kondisi Tak Terkendali...

Kompas.com - 26/04/2021, 13:40 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Orang-orang yang sakit dan kerabat mereka mencari tempat tidur rumah sakit dan obat-obatan penyelamat hidup.

Seorang dokter penyakit dalam di Rumah Sakit Indraprastha Apollo di Delhi, Dr S. Chatterjee mengatakan bahwa dia kelelahan secara fisik dan mental.

Chatterjee bekerja rata-rata 18 jam sehari.

Dia memiliki 90 pasien Covid-19 di bawah perawatannya dan lainnya dilayani melalui konsultasi video call.

Pekerjaannya hanya menyisakan sedikit waktu untuk tidur dan makan. Dalam 10 hari terakhir, sehari-hari ia hanya sempat tidur paling banyak 4 jam.

"Delhi memiliki infrastruktur terbaik. Memikirkan Delhi dapat melalui hal ini sungguh luar biasa," kata Chatterjee.

Baca juga: Penyebab Tsunami Covid-19 di India: dari Mutasi Virus hingga Pelonggaran Prokes

300 pangilan sehari

Hal serupa juga dialami oleh Dr Jivani dari Rajkot.

Ia dibanjiri 200 sampai 300 panggilan sehari yang menanyakan mengenai ketersediaan tempat tidur atau di mana mendapatkan remdesivir, obat anti-virus yang digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 kritis.

Obat remdesivir kini sangat langka di India. Saking langkanya, obat ini bahkan sampai dijual dengan harga enam kali lipat di pasar gelap.

Selama gelombang pertama, petugas kesehatan khawatir tentang risiko tertular virus corona. Akan tetapi kali ini, mereka berjuang untuk memberikan perawatan terbaik di bawah tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kebanyakan dokter mengatakan bahwa mereka tidak berbagi kecemasan atau ketakutan mereka dengan keluarga mereka, untuk pwelindungan.

Baca juga: Strain Baru Mutasi Corona Triple B.1.618 Ditemukan di India, Diduga Lebih Menular

Seperti sedang dalam perang

Mengingat cadangan oksigen menipis, dokter dihadapkan dengan pilihan yang mustahil untuk memutuskan pasien mana yang lebih membutuhkan oksigen.

"Kasus mana yang harus diprioritaskan? Siapa yang kritis dan siapa yang buruk? Ini bukan situasi yang pernah kita hadapi dalam karier kita," kata Dr Rajendra Prasad, ahli bedah saraf dan tulang belakang di Rumah Sakit Indraprastha Apollo di Delhi.

Dia adalah salah satu dari banyak spesialis dan ahli bedah di negara saat ini yang harus dengan cepat menguasai pendekatan multidisiplin yang dituntut oleh pandemi.

Kepala perawatan kritis di rumah sakit Artemis di Gurgaon, Dr Reshma Tewari yang bekerja di rumah sakit tentara pada tahun 1999, ketika India melawan Pakistan di Kashmir, menggambarkan bahwa situasi saat ini seperti sedang dalam perang.

Setiap pagi, dia dan dokter lainnya melakukan pemeriksaan oksigen untuk memastikan pasokan yang cukup.

"Saya bukan orang yang mudah depresi. Tapi saya merasa sedih. Saya bisa bertarung di satu front, tetapi sulit untuk bertarung di dua front," ucap Tewari.

Baca juga: 6 Fakta Eksodus WNA India, Masuk Melalui Bandara Soekarno-Hatta, 12 Orang Positif Covid-19

Para ahli mengatakan, lebih banyak pasien menunjukkan gejala sesak napas dan saturasi oksigen yang turun dengan cepat dibandingkan gelombang pertama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com