Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Imam Al Ghazali, Berpijak dari Kemiskinan Menjadi Mahaguru

Kompas.com - 25/04/2021, 20:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Imam Al Ghazali mengambil peranan besar dalam perkembangan Islam. Sosok yang mencintai filsafat dan tasawuf ini menularkan pemikiran-pemikirannya ke seluruh sudut dunia Islam.

Terlahir pada tahun 1058 atau 450 H di Iran, Imam Al Ghazali memiliki nama lahir Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i.

Soal peletakan nama Imam Al Ghazali, hingga kini masih menjadi perdebatan pada ulama nasab. Ada yang mengatakan bahwa penggunaan nama ini berkaitan dengan tempat kelahiran Al Gazhali yaitu di daerah Ghazalah, Thusi.

Sebagian lagi mengatakan bahwa penyandaran nama ini berkaitan erat dengan keluarganya, khususnya ayah Al Gazhali, yang bekerja menenun atau memintal bulu kambing di daerah Ghazalah.  

Baca juga: Mengenalkan Anak pada Sejarah Islam di Pameran Artefak Nabi Muhammad SAW

Mencintai filsafat sedari kecil

Melansir dari laman muslim.or.id, Al Ghazali tumbuh dan besar di lingkungan keluarga miskin. Ayahnya hanyalah seorang pengrajin kain shuf, yaitu kain yang terbuat dari bulu kambing. 

Al Ghazali sering bercerita tentang kebaikan ayahandanya. Bahwa ayahnya adalah orang miskin yang shalih, yang tidak memakan apapun selain hasil dari pekerjaannya sendiri.

Ilustrasi Imam Al GhazaliKompasiana Ilustrasi Imam Al Ghazali

Dalam kehidupan yang serba terbatas, Al Ghazali mendapatkan pendidikan gratis dari beberapa orang guru. 

Dari sekolah gratis tersebut, Al Gazhali bisa fasih berbahasa Arab dan juga Parsi. Dari modal kemampuan membaca inilah, Al Ghazali melahap berbagai ilmu yang menarik minat dan perhatiannya.

Dari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, ilmu filsafat, ilmu fiqih, juga mempelajari empat mazhab hingga ia menguasai keseluruhannya.

Al Ghazali sempat menepi ke Jurjan untuk menimba ilmu kepada Imam Abu Nashr Al Isma'ili dan menulis buku At Ta'liqat.

Ia juga berguru ilmu fiqih kepada Ahmad ar-Razkani, dan berguru pada Imam Haramain di Naisabur tentang fiqih mazhab Syafi'i dan fiqih khilaf.

Baca juga: Sejarah Masjid Jami Kebon Jeruk, Saksi Bisu Penyebaran Islam dari Tiongkok

Mahaguru di Madrasah An Nidzamiyah

Setelah Imam Haramain wafat, Al Ghazali berpindah ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Di sana Al Ghazali sering berdebat dengan banyak ahli ilmu agama dan para ulama, dan selalu bisa memenangkan debat tanpa ada yang menyanggahnya kembali.

Karena kecerdasannya inilah, Nidzamul Malik langsung mengangkat Al Gazhali menjadi pengajar salah satu madrasahnya yang ada di Baghdad.

Tepat di tahun 484 H itu, Al Gazhali resmi hijrah ke Baghdad untuk menjadi pengajar Madrasah An Nidzamiyah. Madrasah ini adalah universitas yang didirikan oleh perdana menteri Baghdad pada tahun 484 H.

Selain sebagai pengajar yang setara maha guru, Al Ghazali juga dilantik sebagai Naib Kanselor di sekolah tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com