Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tips Kunci Menanam Porang

Kompas.com - 20/04/2021, 13:25 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTa, KOMPAS.com - Tanaman porang tengah menjadi sorotan. Di sejumlah daerah, petani porang berbagi kisah sukses menanam porang.

Ada yang meraup untung puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Peneliti Ahli Utama Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Yuliantoro Baliadi, MS, mengatakan, porang merupakan tanaman unik dan jadi primadona.

Baca juga: 5 Fakta soal Tanaman Porang

Bahkan, kata Yuliantoro, porang disebut tanaman mahkota serta menjanjikan keuntungan yang luar biasa bagi petani.

"Dijuluki sebagai tanaman investasi karena cukup menanam sekali saja dan setelah panen umbi di musim ketiga, petani dapat memanen hasil berupa katak dan umbi setiap tahunnya tanpa perlu penanaman lagi," kata Yuliantoro dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Jumat (16/4/2021).

Ia menyebutkan, tanaman porang mengalami pertumbuhan selama 5-6 bulan setiap tahunnya pada musim hujan.

Di luar itu, tanaman mengalami masa istirahat/dorman dan daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati.

Yuliantoro membagikan sejumlah tips sukses menanam porang. Apa saja?

Tips menanam porang

Berikut ini 7 tips kunci budidaya porang dari Kementerian Pertanian:

1. Pemilihan lokasi

Penentuan lokasi penting karena terkait dengan teknologi budidaya yang akan diterapkan. Misalnya, apakah akan di bawah tegakan pohon seperti di lahan hutan industri (jati, sono, mahoni, sengon) atau di lahan terbuka.

Yuliantoro mengatakan, sebaiknya pilih lahan yang subur dan gembur (lempung berpasir) dan tidak tergenang air saat fase pertumbuhannya. Selain itu, sebaiknya memiliki pH 6-7.

“Habitat alaminya, tanaman porang membutuhkan naungan minimal 40 persen dan ini kunci menciptakan agroklimat di lahan terbuka,” ujar Yuliantoro.

2. Penyiapan lahan

Untuk menanam porang bisa dilakukan pengolahan lahan sederhana, yakni lahan dibersihkan dari gulma secara mekanis. Selanjutnya, gulma tersebut ditimbun ke dalam tanah untuk menjadi bahan organik.

Perbaikan drainase bisa dilakukan sedalam 20 cm dengan penambahan bahan organik 5 sampai 10 ton per hektar sebagai pupuk dasar.

Selain itu, lakukan penambahan kapur untuk lahan dengan kemasaman di bawah 6-7.

Sebagai catatan, untuk penanganan gulma yang sangat sulit dikendalikan secara mekanis, maka saat awal penanaman porang bisa memakai herbisida.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Porang, Kerabat Bunga Bangkai yang Memiliki Nilai Jual Tinggi

3. Pemilihan benih

Benih porang bisa didapatkan dari katak (bulbil), umbi, biji atau tanaman hasil kultur jaringan.

Yuliantoro menyarankan, petani pemula sebaiknya memakai benih katak agar lebih mengenal karakter tanaman porang dan mengurangi risiko kegagalan.

Adapun terkait katak yang dijadikan benih, kata dia, tidak ada masalah berapa pun ukuran yang digunakan. Meski demikian, sebaiknya yang digunakan merupakan katak yang dipanen tepat waktu yakni katak yang sudah jatuh atau terlepas sendirinya dari tangkai tanaman beberapa waktu setelah porang memasuki fase meripah.

Lainnya, pilihlah benih katak yang tidak terkontaminasi patogen penyakit tular tanah seperti akibat Sclerotium rolfsii.

“Bila tersedia dan bisa diperoleh, sebaiknya sejak awal menggunakan benih varietas porang Madiun 1, agar katak yang dihasilkan bisa diikutkan dalam program sertifikasi benih. Di musim kedua, tekankan menggunakan benih katak hasil pertanaman sendiri,” ujar Yuliantoro.

Benih Madiun 1 adalah varietas porang yang dilepas Kementan melalui Balitkabipada Juli 2020.

4. Waktu tanam

Waktu tanam porang adalah saat memasuki musim hujan yakni sekitar September sampai Oktober. Akan tetapi, hal itu bisa tergantung lokasinya sehingga bisa sekitar November hingga awal Desember.

Waktu tanam juga tergantung pada musim hujan dan neraca air tanah setempat.

5. Penanaman

Cara penanaman porang, perhatikan hal-hal ini:

  • Bisa dilakukan 1 benih per lubang tanam dengan tunas (cula) menghadap ke atas
  • Saat menanam, perhatikan ketebalan penutupnya
  • Gunakan tanah gembur dan subur dengan tebal 3 cm
  • Jarak tanam porang tergantung pada ketersediaan benih 

Untuk Petani Klangon Madiun memakai jarak tanam 100x50 cm pada awal tanam.

Bisa pula ditanam dengan jarak 50x4.50 cm atau 25x25 cm dengan konsekuensi penambahan benih dan intensitas pemeliharaan

6. Pemeliharaan

Untuk proses pemeliharaan porang tergantung pada kondisi lahan apakah di bawah tegakan atau lahan terbuka.

Yuliantoro mengingatkan, tanaman porang sangat rentan dengan genangan air dan kekeringan. Oleh karena itu, tanaman porang tidak boleh kekeringan air lebih dari 3-4 hari.

Perlu dilakukan penyiangan secara manual 3 kali.

Lakukan pemupukan susulan bila dibutuhkan dengan pupuk cair dosis 3 liter per hektar. Pemupukan ini diaplikasikan 3 kali setelah inisiasi pembentukan katak setiap 2 minggu sekali.

Jika diperlukan, pupuk anorganik bisa diberikan Phonska 200 kg per hektar diberikan sebanyak 2 kali saat daun tanaman terbuka sempurna dan saat inisiasi pembentukan katak di sekitar batang porang.

Untuk pengendalian hama dan penyakit, sebaiknya dilakukan jika telah diketahui penyebab dengan benar termasuk hama dan penyakit utamanya.

“Pada umumnya tidak diperlukan tindakan pengendalian hama dan penyakit,” ujar Yuliantoro.

Saat ini, penyakit utama pada porang adalah bercak Cercospora sp. dan Sclerotium rolfsii, merupakan patogen tular tanah yang tidak bersifat endemi sehingga bisa dikendalikan secara preventif dan lokalisir.

Selain itu kegiatan pendangiran juga diperlukan dan menumpuk tanah di batang porang juga diperlukan untuk menutup sekaligus aerasi.

“Saat ini di pasaran beredar banyak sekali promosi pupuk dan pestisida untuk digunakan di tanaman porang. Butuh kehati-hatian untuk menghindari input yang tidak bermanfaat,” kata dia.

Pupuk kompos, campuran kotoran hewan dan sisa tumbuhan memiliki kandungan hara yang lebih lengkap dalam jumlah sedikit, sehingga butuh lebih banyak saat digunakan.

7. Panen

Tanaman porang bisa dipanen saat memasuki masa dormasi (meripah) sekitar bulan Maret – Juni bisa juga hingga Juli.

Apabila memakai benih katak, maka berikut musim panennya:

  • Musim pertama, petani bisa memanen katak (4-6 katak per tanaman)
  • Musim kedua, kembali memanen katak (16-20 katak per tanaman)
  • Musim ketiga, kembali memanen katak (30-50 katak per tanaman).

Untuk pemanenan umbi berbasis budidaya petani porang di Desa Klangon, Yuliantoro mengatakan, panen dilakukan hanya pada umbi porang berukuran minimal 2-3 kg/umbi.

Dengan demikian, potensi hasil hanya sekitar 10-15 ton per hektar dan umbi kecil tetap dibiarkan di lahan untuk dipanen pada musim berikutnya.

Menurut Yuliantoro, hal ini berbeda dengan panen di budidaya porang pada lahan terbuka. Di lahan terbuka, umbi dipanen semuanya sehingga hasil panen bisa mencapai 40-60 ton per hektar.

Akan tetapi, jika memilih dengan cara ini, petani harus melakukan penanaman kembali.

Tips lain

Jika melakukan budidaya porang di lahan terbuka dan terlepas dari agroekosistem aslinya, sebaiknya berhati-hati saat memilih benih terutama benih dalam polybag.

Selain mahal, benih dalam polybag mempunyai risiko gagal sangat tinggi.

Diingatkan pula untuk berhati-hati dengan masalah modifikasi mikro dan mikroklimat khususnya suplai air dan naungan khususnya di dataran rendah di bawah 600 mdpl.

Baca juga: Bikin Petani Madiun Untung Ratusan Juta, Apa Keistimewaan Tanaman Porang?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Tanaman Porang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com