Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Beli dan Lakukan Tes Antigen Covid-19 Sendiri, Ini Bahayanya

Kompas.com - 14/03/2021, 19:50 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Bisa timbul klaster baru karena pengambilan sampel dan pembuangan limbahnya tidak memperhatikan segala macam aturan itu," kata Aryati.

Tidak ada pelaporan

Aryati juga menjelaskan bahwa setiap tes Covid-19 yang dilakukan harus dilaporkan kepada pemerintah.

Data inilah yang jadi acuan jumlah atau tingkat testing di suatu negara.

Jual beli alat tes rapid antigen ini akan mengacaukan data dan sulit untuk memantau data testing.

"Ini kan tambah susah memantaunya," kata dia.

Aryati juga mengkhawatirkan pemahaman masyarakat soal interpretasi bahwa hasil dari tes antigen tidak dapat sepenuhnya akurat. 

Yang dimaksud interpretasi adalah, hasil tes antigen positif hanya dapat terdeteksi pada fase akut. Fase akut berbeda dengan tingkat keparahan penyakit Covid-19.

"Itu adalah fase di mana bisa menularkan, bukan parah. Orang OTG bisa positif dan tidak bergejala. Jadi tidak menunjukkan keparahan, tetapi positivitas itu menunjukkan ada virus SARS-CoV-1, yang bisa berpotensi menularkan," jelas Aryati.

Keterbatasan dari tes antigen adalah, hanya dapat mendeteksi positif pada 5 sampai 7 hari pasca seseorang terinfeksi atau terpapar virus corona.

"Kalau lebih dari 7 hari, disesuaikan dengan PCR ada CT value, itu maksimumnya 40, di bawah 20 saja dia terdeteksi. Padahal di atas 25-30 saja dia sudah bisa menularkan," kata Aryati.

Artinya, jika seseorang terserang virus di atas 7 hari, terdeteksi negatif, dia berisiko menularkan.

"Hasil negatif tidak menyingkirkan kenyataan bahwa (sebelumnya) dia positif atau bisa menularkan," imbuh Aryati.

Oleh karena itu, penting bagi setiap orang menjalankan protokol kesehatan 5M meski hasil tes antigen menunjukkan reaksi negatif. 

Aryati juga menyoroti banyaknya influencer atau figur publik yang secara tidak langsung menyepelekan protokol Covid-19.

Ia mencontohkan unggahan-unggahan artis di YouTube yang mencoba melakukan tes mandiri dengan sembarangan, mencolok hidung atau nasofaring padahal bukan tim medis, berkerumun, dan sebagainya. 

"Apalagi public figure. Menurut saya mereka harusnya diperingatkan. Mereka merekam dalam video dan diposting, itu bahaya lho menurut aku. Ini kan dalam tanda petik mengacaukan program pemerintah," kata Aryati. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com