1. Hanya butuh satu kali suntikan
Vaksin J&J merupakan tipe vaksin Covid-19 yang berbeda dari vaksin buatan Moderna dan Pfizer-BioNTech.
Vaksin itu menggunakan adenovirus, yaitu sebuah tipe virus yang menyebabkan flu biasa, sebagai wahana untuk mengirimkan informasi ke sel tubuh tentang cara melawan virus.
Vaksin J&J hanya memerlukan satu kali penyuntikan, dan tidak memerlukan penyimpanan rantai dingin ekstrim (-70 derajat Celcius) seperti vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech yang berbasi mRNA.
Vaksin tersebut dapat disimpan pada lemari dingin dengan suhu 2-8 derajat Celcius selama tiga bulan.
Baca juga: 4 Klaim Keunggulan Vaksin AstraZeneca yang Baru Tiba di Indonesia
2. Mencegah sakit parah dan kematian akibat Covid-19
Vaksin J&J tercatat 86 persen efektif dalam hal mencegah timbulnya sakit parah yang berujung rawat inap di rumah sakit serta kematian akibat Covid-19.
Vaksin tersebut juga menunjukkan efikasi sebesar 82 persen dalam hal mencegah sakit parah yang ditimbulkan oleh varian baru virus corona B.1.351.
3. Uji klinis di tiga negara
Melansir BBC, 28 Februari 2021, uji klinis vaksin J&J diselenggarakan di tiga negara, yaitu Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Brasil.
Uji klinis itu digelar pada saat varian baru virus corona sudah mulai menyebar.
Dari hasil uji klinis di Afrika Selatan dan Brasil, tempat varian baru virus corona mendominasi penularan, diketahui bahwa perlindungan dari infeksi yang diberikan oleh vaksin J&J terbilang rendah.
Meski demikian, tidak ada satupun relawan yang meninggal dunia setelah menerima vaksin J&J. Vaksin itu juga tercatat mencegah timbulnya sakit parah akibat varian baru.
Selain itu, tidak ada relawan yang dirawat di rumah sakit, 28 hari pasca-penyuntikan vaksin J&J.
Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Terdeteksi di 5 Provinsi, Mana Saja?