"Makanya kalau ada strain baru, penularannya lebih tinggi 20 persen itu sudah hal yang sangat mengkhawatirkan," ucap Dicky.
Dengan angka yang lebih besar, misalnya 50 persen, Dicky memberi gambaran bahwa peningkatan penularan atau infeksinya bisa melonjak dari 1.000 kasus ke 10.000 kasus dalam kurun waktu satu bulan.
"Kalau 50 persen itu, dalam waktu sebulan itu bisa dari itu minimal," kata dia.
Ia juga mengingatkan soal tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh varian B.1.1.7.
Dicky mencontohkan, jika angka kematian dari orang yang terjangkit B.1.1.7 sebesar 1 sampai 2 persen, dampaknya bisa besar.
Hal ini berkaitan erat dengan jumlah penularan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat penularan, semakin banyak yang orang rentan mengalami kematian.
"Dan beda, misal fatality rate-nya 1 persen atau 2 persen misalnya. 1 atau 2 persennya dari 10.000 itu berbeda banget," kata Dicky.
Pada kondisi paling parah, jika terjadi lonjakan kasus akibat varian B.1.17, maka akan memengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
"Lebih banyak juga kasus di rumah sakit, termasuk yang masuk ICU, termasuk artinya meningkatkan angka kematian atau jumlah orang yang meninggal. Seperti itu pemahaman yang mendasar," jelas Dicky.
Ia menyayangkan jika otoritas berwenang, dalam hal ini pemerintah, hanya menyampaikan fakta bahwa B.1.1.7 tidak mematikan.
"Karena kalau Pak Presiden dilapori hanya oleh laporan-laporan yang membuat senang saja, ini berbahaya untuk masyarakat. Dan itu tidak sesuai pemahaman mendasar epidemiologi," ujar Dicky.
Oleh karena itu, perlu ada kewaspadaan yang tinggi untuk menghadapi varian B.1.1.7 yang lebih menular ini.
Dicky juga menekankan, penanganan mendasar pandemi Covid-19 adalah dengan menjalankan 5T dan 3M secara ketat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : Infografik: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.