Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2021, 15:18 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konflik di tubuh Partai Demokrat tengah menjadi sorotan publik.

Bermula dari isu kudeta hingga terselenggaranya Kongres Luar Biasa (KLB) dengan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.

Kini, ada dua kubu di Demokrat, selain Agus Harimurti Yudhotono (AHY) yang selama ini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Perpecahan partai politik tak hanya terjadi pada Demokrat. 

Sebelumnya, hal yang sama pernah terjadi pada Partai Golkar, PPP, PKB, PAN, PKS, dan lain-lain.

Apa yang menyebabkan keguncangan di partai politik hingga akhirnya terpecah?

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan, ada dua faktor penyebabnya yakni faktor internal dan eksternal.

"Kalau di internal tentu soal konflik, beda pandangan, mazhab yang berbeda, itu bisa mengakibatkan guncangan," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/3/2021).

"Kalau yang disebut pihak esksternal itu banyak hal, bisa partai lain, petualang politik, pebisnis politik, bisa tangan-tangan kekuasaan yang mencoba untuk memecah belah dan mengambil alih partai politik," lanjut dia.

Baca juga: Apa yang Memicu Api Konflik di Partai Demokrat?

Masing-masing faktor dinilainya memainkan peran dengan kekuatan yang berbeda.

Meski demikian, api konflik akan semakin memanas ketika melibatkan pihak internal dan eksternal partai.

"Tapi sebenarnya guncangan itu paling terasa kalau ada perselingkuhan antara kekuatan internal dengan pihak luar. Artinya, pihak luar ini kan bisa menambah amunisi perseteruan, bisa dukungan politik, bisa dukungan logistik, bisa dukungan kekuasaan," kata dia.

Sebaliknya, jika faktor yang datang hanya dari pihak dalam, kemungkinan untuk dibicarakan dan diselesaikan dengan baik-baik masih terbuka lebar.

Hal ini akan sulit terjadi ketika sudah melibatkan pihak luar partai. 

"Konflik partai itu kan muaranya cuma satu, kekuasaan, rebutan kekuasaan politik. Makanya memenangkan pertarungan dalam konflik itu kuncinya dua, tawaran kekuasaan, tawaran ekonomi, atau tawaran jabatan, sudah itu saja," jelas Adi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com