Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Protes di Myanmar, Warga Beri Kesaksian Dugaan Kasus Penembakan

Kompas.com - 22/02/2021, 15:41 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Saya memohon kepada [polisi] untuk membebaskannya atau setidaknya memberi saya waktu 15 menit untuk menjahit kepalanya. Tapi itu tidak ada gunanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menyuruhnya bertahan di sana dan mengoleskan obat pada lukanya," tulisnya.

Ia mengatakan, pasukan keamanan menembaki rumah dan kompleks biara. Pemuda lain meninggal setelah ditembak di kepala.

"Tidak ada yang bisa saya lakukan ... kecuali menangis," kata pekerja medis itu.

Sedikitnya 30 orang terluka dalam kejadian itu. Beberapa masa aksi yang melontarkan ketapel ke arah polisi, dibalas dengan gas air mata dan tembakan.

Polisi di Mandalay didukung oleh tentara dari Divisi Infanteri Ringan ke-33. Perlu diketahui, unit tersebut terlibat dalam kekejaman brutal yang dilakukan terhadap kelompok Rohingya pada 2017.

Baca juga: Militer Myanmar Tak Segan Bunuh Pedemo yang Ikut Mogok Massal

Layanan dan bisnis tutup

Selain toko-toko lokal, jaringan bisnis internasional mengumumkan adanya penutupan pada Senin (22/2/2021).

Dilansir dari Reuters, bisnis yang tutup antara lain KFC Yum Brands Inc., layanan pengiriman Food Panda milik Delivery Hero, dan perusahaan transportasi Asia Tenggara Grab. Akan tetapi, layanan taksi tetap beroperasi.

Pengunjuk rasa juga keluar di berbagai kota di seluruh negeri termasuk Myitkyina di bagian utara, Bhamo dekat perbatasan China dan di pusat kota Pyinmana.

Selama seminggu terakhir, junta militer telah memberlakukan pemblokiran akses internet setiap malam di seluruh Myanmar.

Blokir internet meningkatkan kekhawatiran para aktivis. Ada ketakutan akan penggerebekan di malam hari. Juru kampanye, jurnalis, dan pegawai negeri sipil yang mogok pun banyak yang bersembunyi.

Selama beberapa pekan terakhir, sedikitnya 569 orang telah ditahan oleh militer.

Propaganda junta

Media massa milik Myanmar, MRTV menyiarkan peringatan untuk pengunjuk rasa terhadap aksi pada hari Senin.

"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan menderita kehilangan nyawa," katanya.

Selain siaran di media, aprat keamanan juga memblokir jalan menuju beberapa kedutaan, termasuk kedutaan AS, pada Senin (22/2/2021).

Pihak berwenang, melalui sebuah pernyataan kementerian luar negeri Myanmar menyatakan 'menahan diri sepenuhnya'. Pernyataan tersebt berkaitan dengan campur tangan luar negeri yang terlalu mencolok dalam urusan dalam negeri Myanmar.

Baca juga: Kudeta Myanmar, Sebab, dan Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com