Kematian peserta aksi di Mandalay tidak mematahkan semangat untuk melanjutkan aksi protes pada Minggu (21/2/2021). Pada saat yang sama, puluhan ribu orang turun dalam aksi di Yangon dan tempat lain.
Aparat keamanan tidak sebrutal hari-hari sebelumnya. Selain tiga pengunjuk rasa yang tewas, militer mengatakan satu polisi tewas karena cedera dalam protes.
Hari ini, massa aksi turun kembali. Warga yang protes mencatat pentingnya tanggal 22/2/2021, dan membandingkannya dengan demonstrasi pada 8 Agustus 1988 ketika generasi sebelumnya melancarkan protes anti-militer yang menimbulkan pertumpahan darah.
Pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia untuk Myanmar, Tom Andrews, mengatakan dia sangat prihatin dengan peringatan junta kepada pengunjuk rasa.
“Tidak seperti 1988, tindakan pasukan keamanan sedang direkam dan Anda akan dimintai pertanggungjawaban,” katanya di Twitter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Deeply concerned w an ominous public warning by the junta that protesters are "inciting the people" to "a confrontation path where they will suffer the loss of life". Warning to the junta: Unlike 1988, actions by security forces are being recorded & you will be held accountable. pic.twitter.com/1VGa3lWvqS
— UN Special Rapporteur Tom Andrews (@RapporteurUn) February 22, 2021