Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bitcoin Meroket, Ini Kata Pemerhati Keamanan Siber

Kompas.com - 11/02/2021, 07:04 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Pastikan wallet selalu diproteksi dengan password rumit ditambah 2FA (dua faktor otentifikasi) dan patuhi saran keamanan dari Exchange tempat membeli," ujar Yerry.

Selain itu, Yerry juga memperkirakan, pada masa mendatang akan ada upaya menjebol, baik Wallet milik pribadi maupun milik Exchange.

"Kasus terkenal terjadi di Jepang pada Mt. Gox Exchange pada tahun 2015, di mana jutaan BTC (Bitcoin) hilang. Sampai sekarang Pemerintah Jepang dan pihak Exchange masih terus mengangsur kehilangan ini kepada investor," kata Yerry.

Selain itu, celah kemanan lain yang berpotensi muncul adalah kasus hacker menambang Bitcoin memakai server-server publik atau pemerintah.

Yerry mengatakan, kasus-kasus semacam itu sudah kerap terjadi, dan terbaru menimpa departemen-departemen di Rusia.

"Ini memang tantangan Indonesia ke depan. Jika tidak mengupgrade sumber daya, kita akan keteteran," kata Yerry.

Pertimbangan sebelum berinvestasi di Bitcoin

Yerry mengatakan, dari segi keamanan, sebenarnya tidak ada masalah dari kegiatan penambangan Bitcoin.

Menurut dia, masalah yang harus dihadapi saat akan menambang Bitcoin adalah harus memiliki modal finansial yang kuat.

"Karena kalau sekarang nambang BTC enggak bisa pakai komputer lagi atau GPU (Graphics Processing Unit) tapi mesti mesin sendiri yang namanya ASIC (application-specific integrated circuit) yang umumnya dibuat di China," ujar Yerry.

Akan tetapi, dia menyebutkan, masyarakat awam saat ini kemungkinan hanya bisa membeli Bitcoin dan tidak akan bisa menambang.

Saat ini, lanjut dia, tingkat kesulitan menambang Bitcoin sudah sangat tinggi, apalagi alat dan listrik yang dipakai untuk menambang juga sangat mahal.

Kepada mereka yang saat ini tengah tergiur dengan nilai Bitcoin yang meroket, Yerry berpesan agar tidak gegabah dan buru-buru menginvestasikan uangnya untuk mendapatkan Bitcoin.

"Tingkat volatilitas/kestabilan BTC itu berbeda dengan kurs mata uang asing atau saham, karena teknologi ini masih sangat baru sehingga sangat tidak stabil," kata Yerry.

"Saya hanya bisa menyarankan jika pun berinvestasi, pahami ini dan jangan gegabah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com