• Faktor genetik karena mengikuti perilaku yang dipelajar dari kerabat yang menderita trypanophobia
• Terjadi perubahan atau proses kimia dalam otak
• Fobia masa kecil yang muncul pada usia 10 tahun
• Temperamen yang sensitif, menghambat, atau negatif
• Melihat informasi atau pengalaman negatif
Baca juga: Bagaimana Bila Orang Tanpa Gejala Diberi Vaksin Covid-19? Ini Kata Kemenkes
Melansir The New York Times, Direktur Medis Pengobatan Nyeri dan Perawatan Paliatif Children’s Minnesota, Dr. Stefan Friedrichsdorf menjelaskan, rasa sakit dan ketakutan seputar vaksinasi masa kanak-kanak, berkontribusi pada perkembangan fobia jarum.
Ini dapat membuat orang enggan mendapatkan suntikan vaksin, yang sebenarnya bermanfaat untuk keselamatan nyawanya.
Masih dari Healthline, orang-orang yang takut pada jarum suntik biasanya mengalami gejala ketika proses penyuntikan, seperti:
• Pingsan atau pusing parah akibat reaksi refleks vasovagal saat ditusuk jarum. Vasovagal ialah penurunan denyut jantung dan tekanan darah secara mendadak.
• Kenangan buruk dan kecemasan. Kenangan yang dimaksud seperti ingatan akan rasa suntikan yang menyakitkan, dan dapat dipicu dengan melihat jarum.
• Ketakutan atau hipokondria terkait medis. Hipokondria ialah kecemasan dan ketakutan berlebih pada seseorang, yang menganggap bahwa dirinya mengidap suatu penyakit berbahaya.
• Peka pada rasa sakit atau nyeri. Gejala ini cenderung bersifat genetik yang menimbulkan kecemasan tinggi, tekanan darah, atau berdebar selama prosedur medis yang melibatkan jarum.
• Ketakutan akibat resistensi diri, atau pertahanan diri yang terjadi secara alami dan bukan disebabkan oleh trypanophobia.
Baca juga: Cerita Penyelam Evakuasi Sriwijaya Air, Tinggalkan Keluarga, Rela Tidak Dibayar
Tidak semua orang yang takut jarum suntik menderita trypanophobia. Sebagian ketakutan masih dapat dikendalikan dan dapat menerima vaksinasi dengan aman.
Bila terjadi ketakutan berlebih, bahkan ekstrem sebaiknya segera menghubungi dokter.