Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Trypanophobia, Fobia Jarum Suntik: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 16/01/2021, 08:00 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Penyuntikan vaksin Covid-19 mulai berjalan sejak Rabu (13/1/2021). Program vaksinasi ini mendapat bermacam respon dari masyarakat, salah satunya dari orang-orang yang takut jarum suntik.

Ketakutan terhadap jarum pada anak-anak dianggap wajar, karena dianggap masih labil dalam mengendalikan ekspresi rasa sakit akibat jarum. Umumnya, orang dewasa lebih mampu mentolerir rasa sakit, sehingga lebih tenang.

Namun demikian, ketakutan terhadap jarum suntik juga dirasakan oleh orang dewasa.

Masyarakat pun menyampaikan keluh-kesahnya soal jarum suntik, seperti yang disampaikan oleh @makmummasjid.

Baca juga: Takut Jarum Suntik Berlebihan, Waspadai Trypanophobia

https://twitter.com/makmummasjid/status/1349538260284919808

Dilansir dari Healthline, bagi sebagian orang, takut akan jarum dapat membayang-bayangi seseorang sampai dewasa. Bahkan rasa ketakutannya bisa melebihi yang mereka alami saat masa kanak-kanak.

Sebenarnya, apa yang menyebabkan seseorang bisa sangat takut terhadap jarum suntik?

Trypanophobia

Ketakutan ekstrem terhadap prosedur medis yang melibatkan suntikan atau jarum suntik disebut Trypanophobia.

Fenomena ini sempat diteliti di Amerika. Pada 2019, profesor kesehatan masyarakat Universitas Michigan, Mary Rogers menerbitkan laporan di Journal of Advanced Nursing yang mencatat bahwa 16 persen orang dewasa menghindari vaksin flu karena takut jarum suntik.

Baca juga: Daftar Wilayah yang Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem hingga Bencana Hidrometeorologi

 

Dia mengatakan bahwa 20-30 persen orang dengan rentang usia 20-40 tahun takut jarum suntik.

Pada penelitian terbaru, ketakutan terhadap jarum suntik juga menjadi persoalan vaksinasi Covid-19. Dilansir dari The Washington Post, American Journal of Infection Control melakukan survei terhadap 788 orang dewasa di Amerika.

Survei tersebut melaporkan bahwa rasa takut terhadap jarum suntik, jadi salah satu alasan bagi seseorang menolak vaksinasi Covid-19.

Kondisi ini tentu dapat menghambat proses pembentukan kekebalan kelompok atau herd immunity, sehingga membuat penyebaran virus tidak segera surut. 

Baca juga: 3 Hari Tembus 11.000 Kasus Covid-19, Apakah Libur Nataru Penyebabnya?

Penyebab ketakutan

Penyebab dari rasa takut terhadap jarum suntik berbeda-beda pada setiap orang. Tidak semua orang yang takut jarum suntik juga dapat disebut sebagai penderita trypanophobia.

Healthline merangkum, faktor-faktor umum yang dapat menyebabkan ketakutan menjadi berkembang, meliputi:

• Pengalaman buruk atau trauma yang memicu ingatan akan objek atau situasi tertentu

• Faktor genetik karena mengikuti perilaku yang dipelajar dari kerabat yang menderita trypanophobia

Terjadi perubahan atau proses kimia dalam otak

• Fobia masa kecil yang muncul pada usia 10 tahun

• Temperamen yang sensitif, menghambat, atau negatif

• Melihat informasi atau pengalaman negatif

Baca juga: Bagaimana Bila Orang Tanpa Gejala Diberi Vaksin Covid-19? Ini Kata Kemenkes

Melansir The New York Times, Direktur Medis Pengobatan Nyeri dan Perawatan Paliatif Children’s Minnesota, Dr. Stefan Friedrichsdorf menjelaskan, rasa sakit dan ketakutan seputar vaksinasi masa kanak-kanak, berkontribusi pada perkembangan fobia jarum.

Ini dapat membuat orang enggan mendapatkan suntikan vaksin, yang sebenarnya bermanfaat untuk keselamatan nyawanya.

Gejala yang terjadi

Masih dari Healthline, orang-orang yang takut pada jarum suntik biasanya mengalami gejala ketika proses penyuntikan, seperti:

• Pingsan atau pusing parah akibat reaksi refleks vasovagal saat ditusuk jarum. Vasovagal ialah penurunan denyut jantung dan tekanan darah secara mendadak.

• Kenangan buruk dan kecemasan. Kenangan yang dimaksud seperti ingatan akan rasa suntikan yang menyakitkan, dan dapat dipicu dengan melihat jarum.

• Ketakutan atau hipokondria terkait medis. Hipokondria ialah kecemasan dan ketakutan berlebih pada seseorang, yang menganggap bahwa dirinya mengidap suatu penyakit berbahaya.

• Peka pada rasa sakit atau nyeri. Gejala ini cenderung bersifat genetik yang menimbulkan kecemasan tinggi, tekanan darah, atau berdebar selama prosedur medis yang melibatkan jarum.

• Ketakutan akibat resistensi diri, atau pertahanan diri yang terjadi secara alami dan bukan disebabkan oleh trypanophobia.

Baca juga: Cerita Penyelam Evakuasi Sriwijaya Air, Tinggalkan Keluarga, Rela Tidak Dibayar

Cara mengatasinya

Tidak semua orang yang takut jarum suntik menderita trypanophobia. Sebagian ketakutan masih dapat dikendalikan dan dapat menerima vaksinasi dengan aman.

Bila terjadi ketakutan berlebih, bahkan ekstrem sebaiknya segera menghubungi dokter.

Ketakutan ekstrem terhadap jarum biasanya ditangani oleh dokter kesehatan mental, dengan konseling, terapi atau penanganan medis sejenis.

Bagaimana pengobatan trypanophobia?

Tujuan pengobatan trypanophobia adalah untuk mengatasi penyebab utama fobia. Jadi perlakuan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.

Kebanyakan orang dengan trypanophobia direkomendasikan beberapa jenis psikoterapi sebagai pengobatan mereka. Ini bisa termasuk:

Baca juga: Kisah Penyintas Covid-19, Terpaksa Berutang demi Biaya Pengobatan

Terapi perilaku kognitif (CBT)

Ini melibatkan mengeksplorasi ketakutan Anda terhadap jarum dalam sesi terapi dan mempelajari teknik untuk mengatasinya.

Terapis Anda akan membantu Anda mempelajari berbagai cara untuk memikirkan ketakutan Anda dan bagaimana pengaruhnya terhadap Anda.

Pada akhirnya, Anda harus pergi dengan perasaan percaya diri atau menguasai pikiran dan perasaan Anda.

Terapi pemaparan

Ini mirip dengan CBT karena berfokus pada perubahan respons mental dan fisik Anda terhadap rasa takut akan jarum suntik.

Terapis Anda akan memaparkan Anda pada jarum dan pikiran terkait yang dipicunya. Misalnya, terapis Anda mungkin pertama kali menunjukkan foto jarum.

Mereka selanjutnya mungkin meminta Anda berdiri di samping jarum, memegang jarum, dan mungkin membayangkan disuntik dengan jarum.

Baca juga: Hari Ketiga Vaksinasi Covid-19, Belum Ada Laporan Efek Samping yang Mengkhawatirkan

Pengobatan

Obat diperlukan ketika seseorang sangat tertekan sehingga mereka tidak mau menerima psikoterapi.

Obat anti kecemasan dan obat penenang dapat membuat tubuh dan otak menjadi rileks sehingga gejala Anda berkurang.

Obat juga dapat digunakan selama tes darah atau vaksinasi, jika membantu mengurangi stres Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com