Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lolos Uji sejak April 2020, Apa Kabar Ventilator Portabel Buatan ITB?

Kompas.com - 11/01/2021, 15:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ventilator protabel Vent-I karya Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Universitas Padjajaran dan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB telah dinyatakan lolos uji Kementerian Kesehatan, pada April 2020. 

Ventilator tersebut lolos uji semua kriteria uji sesuai dengan standard SNI IEC 60601-1:204: Persyaratan Umum Keselamatan Dasar dan Kinerja Esensial dan Rapidly Manufactured CPAP Systems, Document CPAP 001, Specification, MHRA, 2020.

Lantas, bagaimana kabar ventilator karya anak bangsa itu?

Baca juga: Satgas Covid-19 Distribusikan Jutaan Alat Material Kesehatan, dari Masker hingga Ventilator

Mulai diproduksi 

Ketua Tim Pengembangan Ventilator Portabel yang juga Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Dr Syarief Hidayat mengatakan, hingga kini sudah ribuan unit yang telah diproduksi.

Menurut Syarief, sebanyak 1.000 unit ventilator yang berasal dari dana donasi masyarakat, telah disebarkan diseluruh Indonesia.

Selain itu, alat itu juga telah diserahkan ke beberapa instansi pemerintahan.

"Kemenkes sudah pesan 200 unit, sudah diserahkan dan didistribusikan. Kemudian Kemenristek pesan 20 unit dan sudah ditrisbusikan," kata Syarief kepada Kompas.com, Senin (11/1/2021).

Pemasaran

Syarief menjelaskaan, alat itu saat ini tengah diproduksi oleh Panasonic Health Care untuk standar internasional dan kemungkinan akan siap pada akhir Januari ini.

Soal pemasaran, ia menyebut ventilator Vent-I itu tersedia di e-katalog Kemenkes.

"Kalau yang pengadaan pemerintah, ada di e-katalog, sedangkan yang diproduksi Panasonic itu ada distributornya sendiri. Jadi panasonic memproduksi barang desain kita," jelas dia.

Baca juga: ITB Ciptakan Ventilator Portabel, Akan Didonasikan ke Berbagai Rumah Sakit

"Harga per unit di e-katalog Rp 24 juta, kalau di Panasonic saya belum tau mereka pasang harga berapa," tambahnya.

Tentang ventilator Vent-I

Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukkan bagi pasien ICU.

Alat tersebut diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis. Vent-I memiliki fungsi utama yaitu Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).

Selain Vent-I, Syarief menyebut pihaknya saat ini juga tengah mengembangkan alat lain yang mirip ventilator, yaitu high flow nasal cannula (HFNC).

"Ada alat lain yang kita buat dan sudah keluar izinnya yang disebut high flow nasal cannula, mirip ventilator tapi lebih sederhana," ujarnya.

Baca juga: Mulai Diberlakukan Hari Ini, Simak Berikut Bedanya PPKM dengan PSBB

"Biasanya membantu pasien yang butuh oksigen dalam jumlah besar. Kalau yang biasa di rumah sakit kan dikasih selang oksigen, itu low flow nasal cannual. Kalau yang saya produksi untuk kebutuhan Covid ini high flow," sambungnya.

Tak hanya itu, Syarief juga tengah merampungkan kombinasi antara CPAP dan nasal cannual dan ditargetkan selesai satu bulan mendatang.

Namun, alat terakhir itu masih membutuhkan pengujian ulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com