Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB Ciptakan Ventilator Portabel, Akan Didonasikan ke Berbagai Rumah Sakit

Kompas.com - 03/04/2020, 16:43 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Institute Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Universitas Padjajaran dan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB saat ini tengah membuat alat ventilator darurat.

Ventilator menjadi salah satu alat yang dibutuhkan di rumah sakit untuk membantu pasien yang mengalami kesulitan bernapas.

Pada masa pandemi virus corona seperti saat ini, ventilator menjadi salah satu alat yang dibutuhkan, sementara jumlahnya terbatas.

Alat ventilator portabel yang diberi nama 'VentI' buatan ITB dibuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan di pasar.

"Karena adanya kondisi pandemi Covid-19, maka saat ini supply chain alat kesehatan sudah tidak berfungsi baik. Oleh karena itu, dalam kondisi darurat seperti sekarang, komponen diperoleh sesuai dengan yang tersedia di pasar," ujar Ketua Tim Pengembangan Ventilator Portabel yang juga Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Dr. Syarief Hidayat, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/4/2020).

Baca juga: Saat Masker Diyakini Dapat Kurangi Risiko Penularan Virus Corona

Syarief  mengatakan, ventilator tersebut telah dipresentasikan ke Kementerian BUMN pada Senin (30/3/2020).

“Sudah dipresentasikan ke kementerian, sudah dimulai prosesnya pengujian fungsi oleh BPFK (Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan). Besok BPFK ke Bandung rencananya,” ujar Syarief.

Syarief mengatakan, untuk tahap pertama, rencananya akan diproduksi 100 buah ventilator.

Alat tersebut rencananya ditargetkan selesai dalam waktu sekitar 1-2 minggu.

“Didonasikan, jadi tidak dijual,” ujar Syarief.

Adapun, donasi ventilator ini akan dikirimkan ke rumah sakit seluruh wilayah Indonesia yang membutuhkan.

“Kriteria sedang disusun mana yang akan lebih dulu dapat. Siapa yang urgent nanti akan dikirim duluan. Tentunya setelah ijin edar keluar,” ujar Syarief.

Baca juga: Kasus Corona Capai 1 Juta, Begini Tes yang Dilakukan di Sejumlah Negara

Pembuatan alat melibatkan para ahli dari ITB, konsultan medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Untuk tahap awal, pembuatan alat sebanyak 100 buah ventilator diproduksi secara manual oleh dosen, mahasiswa ITB berbagai jurusan, teknisi serta tenaga-tenaga lain.

Usai produksi pertama, alat akan diproduksi dengan jumlah lebih banyak dengan bekerja sama dengan industri yang ditargetkan selesai dalam waktu 2 minggu.

Vetilator Portabel Indonesia (VentI) sendiri merupakan alat bantu pernapasan dengan kegawatan level menengah dan tidak diperuntukkan untuk pasien ICU.

Alat ini disebut memiliki fungsi Continuous Positive Arway Pressure (CPAP), Continous Pressure Control (CPC), dan Synchronized Pressure Control (SPC).

Baca juga: Langkah Tegas Eropa Atasi Corona Diklaim Selamatkan 59.000 Nyawa

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Serial Infografik Virus Corona: Apa itu OTG?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com