Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Sudah Ada 40.000-an Mutasi SARS-CoV-2

Kompas.com - 10/01/2021, 12:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Mutasi virus 

Dalam jurnal itu, peneliti Inggris menemukan lebih dari 40.000 mutasi virus corona dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan.

Meski sampel penelitian diambil di Inggris, tetapi epidemi di negara itu merupakan hasil dari pengenalan berulang SARS-CoV-2 secara global.

Kendati demikian, imbuh Dicky, sebagian besar tidak memiliki dampak signifikan, baik dari sisi penularan maupun keparahan.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Menurutnya, ada satu strain yang memiliki dampak signifikan dalam hal potensi penularan, yaitu strain yang terdeteksi di China pada Januari 2020.

Strain baru ini bernama D614G dengan kecepatan penularan sekitar 20 persen.

"Kalau ada strain baru yang sifatnya lebih menular, biasanya dominan dan mengalahkan yang lain. Jadi sekarang ini di dunia termasuk di indonesia yang dominan adalah strain D614G," jelas dia.

Baca juga: Bukan China, India Jadi Episentrum Baru Virus Corona di Asia

Sejak September lalu, muncul strain baru di Inggris dan Afrika Selatan yang memiliki sifat menginfeksi lebih cepat dan lebih efisien sampai 70 persen.

Strain baru ini dimungkinkan akan menjadi dominan dan mengalahkan strain sebelumnya.

"Di Eropa, khususnya di Inggris, strain yang ke arah dominan ya yang baru ini, mengalhakan D614G, begitu juga di Afsel. Tampaknya di tingkat global juga akan dominan," kata Dicky.

"Meskipun virusnya tetap sama, mekanisme penularan sama, gejala sama, yang berubah adalah kode genetik, sehingga lebih mudah menginfeksi. Virologinya lebih tinggi di saluran napas atas," tambahnya.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com