Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Sudah Ada 40.000-an Mutasi SARS-CoV-2

Kompas.com - 10/01/2021, 12:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan, kekhawatiran dunia kembali muncul seiring ditemukannya strain baru virus corona di Inggris dan Afrika Selatan.

Strain baru Covid-19 itu disebut lebih menular hingga 70 persen daripada aslinya.

Akibatnya, Inggris dan sejumlah negara lain kini terpaksa kembali menerapkan penguncian demi mengekang penyebaran strain baru virus itu.

Namun, kemunculan strain baru Covid-19 di Inggris dan Afrika Selatan ini bukan pertama kalinya.

Baca juga: Berikut Sederet Negara yang Kembali Berlakukan Lockdown akibat Lonjakan Kasus Covid-19

Epidemolog Griffith University Dicky Budiman menyebut, sejauh ini sudah ada sekitar 40.000 mutasi Covid-19.

"Sejauh ini dari literatur, sudah ada 40.000-an mutasi SARS-CoV-2 yang terdeteksi, dengan rata-rata normal itu minimal 2-3 kali dalam satu bulan," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).

Angka itu dikuatkan dengan sebuah jurnal ilmiah yang diterbitkan dalam ScienceDirect pada 7 Januari 2021.

Baca juga: Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya...

Mutasi virus 

Dalam jurnal itu, peneliti Inggris menemukan lebih dari 40.000 mutasi virus corona dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan.

Meski sampel penelitian diambil di Inggris, tetapi epidemi di negara itu merupakan hasil dari pengenalan berulang SARS-CoV-2 secara global.

Kendati demikian, imbuh Dicky, sebagian besar tidak memiliki dampak signifikan, baik dari sisi penularan maupun keparahan.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Menurutnya, ada satu strain yang memiliki dampak signifikan dalam hal potensi penularan, yaitu strain yang terdeteksi di China pada Januari 2020.

Strain baru ini bernama D614G dengan kecepatan penularan sekitar 20 persen.

"Kalau ada strain baru yang sifatnya lebih menular, biasanya dominan dan mengalahkan yang lain. Jadi sekarang ini di dunia termasuk di indonesia yang dominan adalah strain D614G," jelas dia.

Baca juga: Bukan China, India Jadi Episentrum Baru Virus Corona di Asia

Sejak September lalu, muncul strain baru di Inggris dan Afrika Selatan yang memiliki sifat menginfeksi lebih cepat dan lebih efisien sampai 70 persen.

Strain baru ini dimungkinkan akan menjadi dominan dan mengalahkan strain sebelumnya.

"Di Eropa, khususnya di Inggris, strain yang ke arah dominan ya yang baru ini, mengalhakan D614G, begitu juga di Afsel. Tampaknya di tingkat global juga akan dominan," kata Dicky.

"Meskipun virusnya tetap sama, mekanisme penularan sama, gejala sama, yang berubah adalah kode genetik, sehingga lebih mudah menginfeksi. Virologinya lebih tinggi di saluran napas atas," tambahnya.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

Peningkatan jumlah pasien dan kematian

Dicky menuturkan, virologi strain baru di Inggris dan Afsel tersebut bisa 200 kali lebih tinggi dari strain sebelumnya, sehingga sangat mudah menginfeksi.

Karenanya, keberadaan strain baru ini harus cepet dideteksi untuk menghindari kolapsnya layanan kesehatan.

Sebab, potensi strain baru ini akan membuat peningkatan jumlah pasien dan kematian hingga 3-4 kali.

Baca juga: Tak Semua, Ini Daftar Daerah yang Terdampak Pengetatan Kegiatan di Jawa-Bali

Ia menduga, strain Inggris itu kemungkinan sudah masuk Indonesia, tapi belum terdeteksi.

"Artinya surveilans genom kita harus tinggi. Testing dan tracing kita ya jangan menyerah, harus terus diperbaiki. Karena kalau semakin diabaikan, ya semakin jauh ketertinggalan kita dari kecepatan virus ini menyebar," kata Dicky.

Dicky memperingatkan, mutasi virus akan selalu terjadi pada suatu wilayah atau negara yang belum mengendalikan situasi pandemi, seperti Indonesia.

"Potensi adanya strain baru made in indonesia juga sangat besar," tutupnya.

Baca juga: Update Daftar 54 Daerah Zona Merah Covid-19, Jawa Tengah Pimpin dengan 9 Wilayah

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Negara yang Gratiskan Vaksin Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com