Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekor Kasus Covid-19 Harian Lewati 10.000, Bagaimana Kondisi Pandemi di Indonesia?

Kompas.com - 09/01/2021, 11:25 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada hari Jumat (8/1/2021) mengumumkan adanya penambahan 10.617 kasus baru harian Covid-19.

Rekor penambahan kasus harian itu menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai angka 808.340 ribu.

Melihat kondisi ini, sebagian masyarakat mulai cemas karena angka kasus harian yang terus menanjak hari demi hari.

Banyak juga yang bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia? 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Pandemic Talks #ProtokolVDJ (@pandemictalks)

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Tembus 10.000, Epidemiolog: Perjalanan Pandemi Masih Jauh

Tidak terkendali

Grafikkasus Covid-19 di Indonesia yang semakin menanjak setiap harinyascreenshoot Grafikkasus Covid-19 di Indonesia yang semakin menanjak setiap harinya

Terkait kondisi saat ini, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman menyebut kondisi pandemi di Indonesia saat ini sudah sangat tidak terkendali.

Hal itu diungkapkan Dicky setelah melihat data tingginya angka test positivity rate dan angka kematian yang ada di Indonesia.

"Kalau tidak terkendali itu karena dari indikator test positivity rate yang jauh di atas 10 persen. Jadi kalau di atas 10 persen, apalagi sering di kisaran 20 persen itu bukan saja amat sangat tinggi, tapi sangat tidak terkendali," jelas Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).

Padahal apabila ingin mengendalikan pandemi angka positivity rate harus ditekan hingga mendekati atau di bawah 5 persen.

Angka positivity rate didapatkan dari jumlah kasus harian dibagi dengan jumlah pemeriksaan harian dan dikali 100.

Baca juga: Epidemiolog: PSBB Jawa-Bali akibat Pilkada dan Libur Panjang Nataru

Banyak kasus tak terdeteksi

Tingginya angka test positivity rate di Indonesia diakibatkan banyaknya kasus infeksi dan kontak erat di masyarakat yang tidak terdeteksi. 

Sehingga intervensi yang dilakukan pemerintah untuk isolasi dan karantina tidak bisa berfungsi optimal.

Padahal kedua intervensi tersebut diharapkan dapat mencegah penyebaran virus ke lebih banyak masyarakat, namun karena orang yang membawa virus tidak diketahui, maka penyebaran tetap terjadi dengan mudahnya.

"Sehingga akhirnya upaya pencegahan memutus transmisi atau pola eksponensial dari pertambahan Covid-19 ini akhirnya tidak bisa kita lakukan, sehingga terus menerus bertambah kasus Covid-19 ini di masyarakat," ujar Dicky.

Angka kematian

Indikator kedua untuk melihat pandemi di sebuah wilayah adalah angka kematian.

Dicky mencontohkan apa yang terjadi di Pulau Jawa, sebagai pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia.

"Banyak orang masuk rumah sakit, banyak orang meninggal, ini adalah dampak yang terjadi dan menunjukkan situasi semakin serius. Situasinya tidak kondusif, tidak ada data yang menunjukkan Indonesia kondusif," ungkapnya.

"Angka kematian trennya meningkat, ini yang harus dipahami. Kalau dibilang parah ya parah, sangat parah," tambahnya.

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Kembali Pecahkan Rekor 3 Kali Berturut-turut

Rendahnya jumlah tes

Alasan di balik banyaknya orang terinfeksi dan orang kontak erat yang tidak terlacak diakibatkan karena rendahnya kapasitas uji atau tes yang dilakukan di masing-masing wilayah di Indonesia.

Standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pengujian minimal dilakukan kepada 1 dari 1.000 orang per minggunya.

Jika data terakhir yang dilaporkan Satgas Covid-19 ada 10.000 lebih kasus terkonfirmasi baru di Indonesia, Dicky mengatakan jumlah itu baru seperempat dari jumlah kasus yang semestinya terkonfirmasi.

Untuk itu masyarakat diharap tidak terkecoh dengan data laporan harian yang rutin dilaporkan Satgas Covid-19 setiap harinya.

"Karena tidak selalu kasus harian yang dilaporkan itu mendekati jumlah kasus sebenarnya, apalagi bila cakupan testing tracingnya rendah sekali, akan sangat jauh," jelas Dicky.

Menurut Dicky, untuk kondisi di Indonesia, kasus harian terendah sudah di kisaran 40.000 saat ini.

"Itu kasus terendah. Artinya kalau kasus terendah ya harusnya terdeteksi, harusnya ditemukan, kalau tidak ditemukan itu berarti kita kebobolan dan kita sangat tidak memadai dalam melakukan testing," lanjutnya.

Baca juga: 8.854, Rekor Kasus Harian Covid-19 di Indonesia, Ini Peta Sebarannya

Kasus bisa menumpuk

Apabila testing masih rendah, dampaknya maka akan ada banyak kasus infeksi yang tidak berhasil ditemukan, jumlahnya pun semakin hari akan semakin menumpuk.

"Ini berbahaya karena menumpuk terus, katakan sekarang ini mau 20.000 (kasus baru per hari) sekali pun itu baru setengah dari yang harus ditemukan," sebutnya.

Ia kembali menegaskan bahwa jumlah kasus yang banyak ditemukan tidak selamanya berarti buruk, karena itu menjadi indikator bahwa kita mampu menemukan infeksi-infeksi di tengah masyarakat dengan optimal.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: PSBB Ketat Jawa-Bali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com