Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Klaim soal Covid-19 dari Ginekolog Italia, Dr. Roberto Petrella

Kompas.com - 11/12/2020, 17:28 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

Pertama, klaim bahwa Covid-19 adalah akronim dari certificate identification of vaccination with artificial intelligence yang diciptakan pada 2019.

Istilah itu digunakannya sebagai dasar klaim bahwa Covid adalah rencana internasional untuk mengontrol dan mengurangi populasi manusia. Klaim ini pernah muncul sebelumnya dan sudah dikupas Kompas.com di artikel ini dan ini.

Badan kesehatan dunia WHO memperkenalkan istilah Covid-19 pada Februari 2020. Istilah itu merujuk pada corona virus disease atau penyakit yang disebabkan virus corona. CO merujuk pada corona, "VI" mengacu pada virus, dan "D" merujuk pada "disease" atau penyakit.

Director-General WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pihaknya harus menemukan sebuah nama yang tidak merujuk pada lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan nama yang bisa diucapkan dan berhubungan dengan penyakit.

"Memiliki nama penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang mungkin tidak akurat atau menstigmatisasi. Ini juga memberi kami format standar untuk digunakan bagi setiap wabah virus corona di masa depan," kata Tedros, dalam situs web WHO, 11 Februari 2020.

Klaim kedua adalah pengujian terhadap Covid-19 tidak dapat diandalkan. Sebab, menurut Petrella, tes itu tidak dapat secara akurat mendeteksi virus Sars-CoV-2.

Therapeutic Goods Aministration Departemen Kesehatan Australia menjelaskan, tes Covid-19 bertujuan mendeteksi virus penyebab SARS-CoV-2 atau respons imun terhadap SARS-CoV-2. Terdapat tiga jenis utama tes SARS-CoV-2, yakni pertama, tes deteksi asam nukleat untuk mendeteksi RNA virus SARS-CoV-2 (asam ribonukleat).

Kedua, tes antigen cepat untuk mendeteksi protein virus antigen dari virus SARS-CoV-2. Dan, ketiga, tes serologi untuk mendeteksi antibodi IgM dan atau IgG terhadap SARS-CoV-2.

Dari sejumlah tes asam nukleat yang dapat digunakan untuk mendeteksi RNA virus SARS-CoV-2, tes PCR umumnya dianggap lebih baik.

WHO menjelaskan bahwa pengujian molekuler, termasuk pengujian polymerase-chain reaction (PCR), mendeteksi materi genetik virus sehingga dapat mendeteksi jika seseorang saat ini terinfeksi SARS-CoV-2.

Klaim terakhir bahwa vaksinasi memperlemah sistem kekebalan tubuh dibantah ahli imunologi di Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research di Australia Dr Vanessa Bryant.

Dilansir dari AFP, ia mengatakan dari percobaan vaksin Covid-19 tidak terbukti ada masalah terhadap respons kekebalan tubuh. 

"Ini adalah masalah teoretis sejak awal pengembangan vaksin, tetapi mengingat jumlah signifikan orang yang telah berpartisipasi dalam uji coba vaksin Covid-19 di seluruh dunia (lebih dari 100.000 orang), hal itu tidak terbukti menjadi masalah. Peningkatan yang dimediasi antibodi sangat jarang dan tidak ada bukti mengenai hal ini dalam model penyakit apa pun atau uji klinis vaksin SARS-CoV-2," kata Dr. Bryant.

Peningkatan yang dimediasi antibodi merujuk pada potensi dari vaksin yang memicu respons imun berbahaya.

Centers for Disease Control and Prevention AS menyatakan, vaksin Covid-19 membantu tubuh kita mengembangkan kekebalan terhadap virus penyebab Covid-19 tanpa kita harus terserang penyakit itu.

Berbagai jenis vaksin bekerja dengan cara yang berbeda untuk menawarkan perlindungan. Namun, semua jenis vaksin memberikan tubuh persediaan memori limfosit-T serta limfosit-B yang akan mengingat cara melawan virus itu di masa depan.

Biasanya dibutuhkan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk memproduksi limfosit-T dan limfosit-B setelah vaksinasi. Karena itu, ada kemungkinan seseorang tertular virus penyebab Covid-19 sebelum atau setelah vaksinasi dan kemudian jatuh sakit karena vaksin tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan perlindungan.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, pernyataan ginekolog Italia Dr. Roberto Petrella mengenai akronim Covid-19, tes Covid-19 tidak dapat diandalkan, dan vaksinasi memperlemah sistem kekebalan tubuh tidak benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Tren
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Tren
146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

Tren
Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com