Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Klaim soal Covid-19 dari Ginekolog Italia, Dr. Roberto Petrella

Kompas.com - 11/12/2020, 17:28 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar video pernyataan dari ginekolog Italia, Dr. Roberto Petrella, mengenai tes Covid-19 tidak dapat diandalkan dan vaksinasi memperlemah sistem kekebalan tubuh.

Ia juga menyatakan bahwa Covid-19 adalah sertifikat identifikasi vaksinasi dengan kecerdasan buatan yang diciptakan pada 2019 dengan tujuan mengontrol dan mengurangi populasi.

Tiga klaim itu salah.

WHO menyatakan Covid-19 adalah istilah yang merujuk pada corona virus disease atau penyakit yang disebabkan virus corona.

Sementara, untuk mendeteksi virus penyebab SARS-CoV-2 atau respons imun terhadap SARS-CoV-2, dibutuhkan tes Covid-19. Tes PCR umumnya dianggap lebih baik dalam mendeteksi virus.

Klaim bahwa vaksinasi dapat melemahkan imunitas juga terbantahkan. Ahli imunologi mengatakan selama pengujian vaksin Covid-19 tidak ada bukti bahwa vaksinasi dapat menyebabkan masalah terhadap kekebalan tubuh.

Narasi yang Beredar

Video pernyataan Dr. Roberto Petrella beredar di media sosial Facebook. Video tersebut menyertakan teks terjemahan dalam bahasa Inggris. Sejumlah akun menyebarkannya belum lama ini, yakni ini, ini, ini, ini, dan ini.

Dalam video berdurasi 6 menit 47 detik itu, Petrella menyatakan tiga hal yang bermuara pada narasi Covid-19 adalah program pemusnahan massal.

Klaim pertama bahwa Covid-19 adalah akronim dari certificate identification of vaccination with artificial intelligence atau sertifikat identifikasi vaksinasi dengan kecerdasan buatan. Angka 19 merujuk pada tahun Covid diciptakan, yakni 2019.

"Covid bukan nama virus, (tetapi) nama rencana internasional untuk mengontrol dan mengurangi populasi yang telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir dan diluncurkan pada 2020," kata Petrella.

Ia menyebut virus ciptaan tersebut disebarkan dengan tujuan depopulasi besar-besaran hingga lebih dari 80% populasi.

Klaim kedua yang disebutnya yakni pengujian Covid-19 tidak dapat diandalkan. Sebab, menurutnya, pengujian tersebut tidak dapat secara akurat mendeteksi virus Sars-CoV-2. Tes tersebut hanya mendeteksi virus kecil yang tidak berbahaya yang secara alami sudah menjadi bagian dari mikrobiota manusia.

"Tes membuat Anda yakin bahwa Anda sakit. Positif berarti dilabeli sebagai berbahaya," katanya.

Klaim ketiga yang dinyatakan Petrella yakni vaksinasi memperlemah sistem kekebalan tubuh.
"Setelah divaksinasi, kita semua akan sakit parah, lemah, dan pasti akan menuju kematian," ucapnya.

Tangkapan layar video yang menayangkan pernyataan keliru soal Covid-19 dari Dr. Roberto Petrella.Facebook Tangkapan layar video yang menayangkan pernyataan keliru soal Covid-19 dari Dr. Roberto Petrella.

Penjelasan

Roberto Petrella ialah ginekolog di Italia. Merujuk pada dua media ini, ia dikenal dengan posisi kritisnya terhadap vaksin Human Papillomavirus (HPV). Tiga klaim yang disebut Dr. Roberto Petrella akan dibahas satu per satu.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com